Kompas TV internasional kompas dunia

Kerusuhan Prancis: Perusuh Jarah Toko Senpi, Pemerintahan Macron Terjunkan 45.000 Polisi

Kompas.tv - 1 Juli 2023, 19:08 WIB
kerusuhan-prancis-perusuh-jarah-toko-senpi-pemerintahan-macron-terjunkan-45-000-polisi
Seorang wanita memegang plakat bertuliskan "Polisi rasis dan membunuh anak-anak" dalam sebuah unjuk rasa di Paris, Prancis, Jumat, 30 Juni 2023. Unjuk rasa dan kerusuhan terjadi di sejumlah wilayah di Prancis usai kematian seorang remaja 17 tahun karena ditembak polisi pada Selasa, 27 Juni 2023. (Sumber: AP Photo/Lewis Joly)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

 

PARIS, KOMPAS.TV - Kerusuhan di Prancis yang dipicu penembakan seorang remaja keturunan Aljazair berusia 17 tahun oleh polisi pada Selasa (27/6/2023), masih berkobar hingga Sabtu (1/7/2023) dini hari waktu setempat.

Dalam kurun 24 jam terakhir, Kementerian Dalam Negeri Prancis melaporkan 1.311 orang ditangkap terkait kerusuhan.

Kerusuhan yang terjadi sejak Selasa lalu ini pun menyebar ke kota-kota di luar Paris. Kota-kota besar seperti Lyon dan Marseille pun didera kerusuhan.

Polisi Marseille menyebut, perusuh "sangat gesit" menimbulkan kebakaran dan menjarah. Polisi di Marseille pun menangkap 88 orang terduga perusuh per Sabtu pukul 02.00 dini hari waktu setempat.

Baca Juga: Kerusuhan Prancis: Kaum Muda Musuhi Polisi, Hampir 1.000 Orang Ditangkap dalam Semalam

Perusuhan di Marseille juga disebut merangsek ke toko senjata api dan menjarah isinya. Sebuah supermarket di Marseille juga dibakar.

"Di Marseille, penjarahan dan kerusuhan yang ada tidak bisa diterima," kata Wali Kota Marseille Benoit Payan, sebagaimana dikutip The Guardian.

Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron sendiri telah menerjunkan 45.000 personel polisi untuk meredam kerusuhan di berbagai penjuru negeri. Macron pun meminta para orang tua mencegah anaknya ke luar rumah.

Pemerintah Prancis melaporkan sekitar 2.500 toko dan bangunan dijarah atau dibakar sejauh ini. Perusuh pun membakar kendaraan dan bentrok dengan polisi.

Macron menyebut sepertiga dari jumlah perusuh merupakan anak muda, bahkan sebagiannya di bawah umur. Presiden Prancis itu mengingatkan para perusuh di bawah umur ini merupakan tanggung jawab orang tua.

"Terkadang kita merasa sebagian dari mereka hidup di jalanan, permainan video telah meracuni mereka," kata Macron.

Sejauh ini, pemerintahan Macron sendiri belum menetapkan status darurat untuk meredakan kerusuhan. Taktik seperti demikian pernah digunakan pemerintah Prancis usai kerusuhan besar pecah pada 2005 silam usai kematian dua remaja di tangan polisi.

Kerusuhan meluas di Prancis meletus usai seorang remaja 17 tahun bernama Nahel ditembak mati polisi saat pengecekan lalu lintas. Nahel kemudian dimakamkan di kampung halamannya, Nanterre, dekat Paris pada Sabtu hari ini.

Baca Juga: Tak Ada WNI Terdampak Kerusuhan Prancis Imbas Remaja 17 Tahun Tewas Ditembak Polisi


 



Sumber : The Guardian


BERITA LAINNYA


Advertorial

Madiun Maju Mendunia | VVIP

27 April 2024, 15:37 WIB

Close Ads x