Kompas TV internasional kompas dunia

Ibu Remaja Keturunan Aljazair yang Ditembak Mati Polisi Prancis Yakini Motifnya Rasialisme

Kompas.tv - 1 Juli 2023, 01:05 WIB
ibu-remaja-keturunan-aljazair-yang-ditembak-mati-polisi-prancis-yakini-motifnya-rasialisme
Ibu dari Nahel, remaja berusia 17 tahun yang ditembak mati polisi Prancis, mengatakan dirinya yakin rasialisme menjadi motif kematian putranya. Dalam wawancara oleh saluran TV France 5, ibu Nahel, Mounia, mengatakan petugas polisi itu "melihat wajah Arab, seorang anak kecil", dan "ingin mengambil nyawanya" seperti dikutip Anadolu, Jumat (30/6/2023). (Sumber: AP Photo/Christophe Ena)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

PARIS, KOMPAS.TV - Ibu dari Nahel, remaja berusia 17 tahun yang ditembak mati polisi Prancis,  mengatakan dirinya yakin rasialisme menjadi motif kematian putranya.

Dalam wawancara oleh saluran TV France 5, ibu Nahel, Mounia, mengatakan petugas polisi itu melihat wajah Arab, seorang anak kecil, dan ingin mengambil nyawanya.

Mounia mengatakan dia tidak berniat menyalahkan seluruh institusi penegak hukum, dia hanya menuntut seorang petugas polisi yang membunuh putranya.

"Saya tidak menyalahkan (institusi) polisi. Saya menyalahkan satu: orang yang merenggut nyawa anak saya," katanya, seperti dikutip Anadolu, Jumat (30/6/2023).

Nahel ditembak mati polisi pada hari Selasa (27/6/2023) di Nanterre yang terletak di pinggiran Paris setelah dia melanggar undang-undang lalu lintas dan menolak menepi, menurut jaksa.

Jaksa hari Kamis mengatakan polisi yang menembak mati Nahel telah didakwa dengan pembunuhan secara disengaja dan ditahan dalam penahanan prasidang.

Baca Juga: Rusuh Prancis Makin Parah, Macron Minta Orang Tua Tak Izinkan Anak Remaja Mereka Keluar Rumah

Ibu dari Nahel, remaja berusia 17 tahun yang ditembak mati polisi Prancis, hari Kamis mengatakan dirinya yakin rasialisme menjadi motif kematian putranya. Dalam wawancara oleh saluran TV France 5, ibu Nahel, Mounia, mengatakan petugas polisi itu melihat wajah Arab, seorang anak kecil, dan ingin mengambil nyawanya seperti dikutip Anadolu, Jumat (30/6/2023). (Sumber: AP Photo/Laurent Cipriani)

Pengacara polisi tersangka pembunuhan, Laurent-Franck Lienard, mengatakan kepada BFMTV bahwa kliennya "hancur" dan meminta pengampunan dari keluarga korban.

“Dia tidak bangun pagi-pagi hari untuk membunuh orang. Dia tidak ingin membunuh," tambahnya. Kerusuhan pecah di Prancis hari Kamis malam usai kematian Nahel yang tewas ditembak polisi.

Para pengunjuk rasa mencoba membakar balai kota di Clichy di daerah pinggiran kota Paris, menurut rekaman video yang beredar di media sosial.

Kerusuhan tersebut mendorong otoritas setempat untuk memberlakukan jam malam. Di Meudon, 9,1 kilometer dari pusat kota Paris, berlaku mulai Pukul 22.00 sampai 06.00, kata wali kota setempat.

Jean-Didier Berger, Wali Kota Kota Clamart, yang terletak 8,7 kilometer dari pusat kota Paris, memutuskan memberlakukan jam malam mulai Pukul 22.00 hingga 06.00 sampai Senin.

Valerie Pecresse, Presiden Dewan Regional Île-de-France, juga mengumumkan bahwa layanan bus dan trem di dalam dan sekitar Paris dihentikan setelah Pukul 22.00 pada Kamis untuk melindungi karyawan dan penumpang.

 



Sumber : Anadolu


BERITA LAINNYA



Close Ads x