Kompas TV internasional kompas dunia

Kosovo Keluhkan Utusan Barat yang Bias dalam Pembicaraan dengan Musuh Lama, Serbia

Kompas.tv - 9 Juni 2023, 06:40 WIB
kosovo-keluhkan-utusan-barat-yang-bias-dalam-pembicaraan-dengan-musuh-lama-serbia
PM Kosovo Albin Kurti mengeluhkan sikap bias dan prasangka atas Kosovo dari Amerika Serikat dan Uni Eropa dan toleransi terhadap Serbia. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

PRISTINA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti pada hari Kamis (8/6/2023) mengeluhkan sikap bias dan prasangka dari Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap Kosovo, serta memberi toleransi terhadap Serbia.

Perdana Menteri Albin Kurti mengatakan kabinetnya punya pandangan berbeda, "Kami bersikeras berperilaku baik dengan seorang otoriter (Serbia) tidak akan membuatnya berperilaku lebih baik. Malah sebaliknya," katanya seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, pada Jumat (9/6/2023).

Utusan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk pembicaraan Kosovo-Serbia, Gabriel Escobar dan Miroslav Lajcak, "Masing-masing datang kepada kami dengan tuntutan, dengan permintaan dari pihak lain," katanya dalam wawancara dengan The Associated Press.

Baru-baru ini, etnis Serbia bentrok dengan polisi Kosovo dan pasukan penjaga perdamaian KFOR yang dipimpin NATO, mengakibatkan 30 tentara dan lebih dari 50 orang Serbia terluka dan memicu kekhawatiran akan terulangnya konflik berdarah di wilayah tersebut.

Setelah para tentara terluka minggu lalu, NATO mengatakan akan mengirimkan 700 tentara tambahan ke Kosovo utara.

Bentrokan itu bermula dari konfrontasi sebelumnya, setelah para kandidat etnis Albania yang dinyatakan sebagai pemenang pemilihan lokal di Kosovo utara masuk ke gedung-gedung munisipal untuk menjabat dan dihalangi oleh orang-orang Serbia. Etnis Serbia dengan tegas memboikot pemilihan tersebut.

Brussel telah meminta Kosovo untuk menarik pasukan polisi khususnya dari Kosovo utara, di mana sebagian besar minoritas etnis Serbia tinggal, dan untuk mengadakan pemilihan ulang.

Pada bulan Februari dan Maret, Kosovo dan Serbia mencapai kesepakatan yang difasilitasi oleh Uni Eropa tentang normalisasi hubungan, dengan rencana implementasi sebanyak 11 poin. Proses tersebut tetap menjadi fokus pembicaraan yang dimediasi oleh para utusan dari Washington dan Brussel.

Baca Juga: Ketegangan antara Kosovo dan Serbia Terus Berlanjut dan Makin Genting, Ini Sejarah dan Penjelasannya

Kepala misi Uni Eropa di Kosovo, Lars-Gunnar Wigemark. PM Kosovo Albin Kurti mengeluhkan sikap bias dan prasangka atas Kosovo oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, dan memberikan toleransi terhadap Serbia. (Sumber: AP Photo)

Kurti bersikeras pasukan polisi khusus tidak dapat "diperkecil" hingga geng-geng Serbia yang kriminal entah pergi dari Kosovo atau ditangkap. Kurti mengatakan ada kedamaian di Kosovo jika tidak ada "perintah kekerasan dari Belgrade."

Kekuatan Barat tidak boleh memanjakan Belgrade, akar masalah kekerasan di Balkan Barat, tegas Kurti.

Kurti bahkan mengeluhkan pemilihan cepat bulan April di empat munisipalitas utara dengan mayoritas penduduk Serbia, "Mediator internasional dan fasilitator Eropa gagal membantu kami."

Dia mengatakan mereka mendesak Kosovo untuk melakukan perubahan pemilihan tetapi tidak memberikan tekanan kepada partai politik etnis Serbia satu-satunya untuk ikut serta dalam pemilihan.

Dia mengatakan dia akan membutuhkan bantuan komunitas internasional untuk memupuk pluralisme politik di minoritas etnis Serbia "untuk persaingan yang adil, untuk perlombaan demokratis untuk wali kota baru."

"Kami tidak bisa mengulangi proses lain di mana kandidat Serbia memboikotnya beberapa hari sebelum pemilihan dimulai, karena itulah yang Belgrade perintahkan," katanya.

Serbia dan bekas provinsinya, Kosovo, telah berselisih selama beberapa dekade, dengan Belgrade menolak mengakui deklarasi kemerdekaan Kosovo pada tahun 2008.

Kekerasan di dekat perbatasan bersama mereka telah memicu ketakutan akan terulangnya konflik tahun 1998-1999 di Kosovo yang menewaskan lebih dari 10.000 orang dan menghasilkan misi penjaga perdamaian KFOR.

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x