Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Kedubes Rusia Kecam Tuduhan Penjahat Perang dari AS, Menyebutnya Sebuah Kepalsuan

Kompas.tv - 26 Agustus 2022, 12:16 WIB
kedubes-rusia-kecam-tuduhan-penjahat-perang-dari-as-menyebutnya-sebuah-kepalsuan
Kedutaan Besar Rusia di AS. (Sumber: AP Photo/Susan Walsh)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Kedutaan Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) mengecam tuduhan Washington bahwa mereka adalah penjahat perang.

Kedubes Rusia mengungkapkan hal itu pada Jumat (26/8/2022).

Mereka menegaskan bahwa tuduhan tersebut adalah kepalsuan lainnya yang bertujuan mendiskreditkan operasi militer khusus Rusia.

“Departemen Luar Negeri (AS) terus menyebarkan spekulasi mengenai kamp-kamp penyaringan yang diduga kami dirikan di DPR, serta keterlibatan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia dalam penghancuran fasilitas pendidikan, kesehatan dan budaya di LPR,” bunyi pernyataan Kedubes AS dilansir dari TASS.

Baca Juga: Kabar Gembira! Rusia Siap Lakukan Pembicaraan Negosiasi dengan Ukraina, tapi Ada Syaratnya

“Ini adalah tipuan lain yang bertujuan mendiskreditkan operasi militer khusus Rusia,” ujarnya.

Mereka menegaskan Rusia berkomitmen untuk mematuhi norma-norma Hukum Kemanusiaan Internasional.


 

Kedubes Rusia pun membalas dengan menekankan bagaimana Ukraina pada 2014 menggunakan tindakan khusus terhadap penduduk Utara tenggara.

Mereka mengatakan tindakan khusus itu bertujuan mengidentifikasi orang-orang yang diduga dapat dikaitkan dengan separatisme.

“Dengan kata lain itu tentang membersihkan semua orang yang dicurigai tidak setia oleh dinas khusus Ukraina kepada Neo-Nazo yang telah menetap di Kiev,” kata Kedubes Rusia.

Baca Juga: Waduh, Zelenskyy Sebut Eropa Nyaris Alami Bencana Kebocoran Radiasi Nuklir, Kenapa?

Mereka menegaskan sejak itu, aksi otoritas Ukraina semakin brutal, dan menganggap AS memilih untuk tak menyadarinya selama delapan tahun.

“Bahkan hingga saat ini, mereka tidak melihatnya dari jarak dekat,” tuturnya.

Operasi militer khusus diluncurkan Presiden Rusia, Vladimir Putin pada 24 Februari lalu.

Selain menanggapi permintaan dari kelompok pemberontak pro-Rusia di Donbas, serangan itu dilakukan untuk Denazifikasi dan Demiliterisasi Ukraina.



Sumber : TASS


BERITA LAINNYA



Close Ads x