Kompas TV internasional kompas dunia

Geger Penelitian DNA Manusia Pompeii, Ini Hasil Penelusuran Leluhur Warga Pompeii yang Tewas

Kompas.tv - 31 Mei 2022, 19:38 WIB
geger-penelitian-dna-manusia-pompeii-ini-hasil-penelusuran-leluhur-warga-pompeii-yang-tewas
Genom manusia pertama yang berhasil diurutkan dari individu yang meninggal di Pompeii, Italia, setelah letusan Gunung Vesuvius pada 79 M. Asal usul leluhur warga Pompeii dapat ditelusuri berdasarkan DNA. (Sumber: Jerusalem Post)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

ROMA, KOMPAS.TV - Genom manusia pertama yang berhasil diurutkan dari individu yang meninggal di Pompeii, Italia, setelah letusan Gunung Vesuvius pada 79 M dipresentasikan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Scientific Reports, seperti laporan Jerusalem Post, Senin, (30/5/2022)

Sisa-sisa dua individu yang ditemukan di House of the Craftsman di Pompeii diperiksa dan DNA mereka diekstraksi oleh peneliti Italia Gabriele Scorrano dan rekan-rekannya.

Struktur, bentuk dan panjang kedua kerangka menunjukkan satu set milik laki-laki, berusia antara 35 dan 40 tahun, sedangkan satu set lainnya milik perempuan yang berusia di atas 50 tahun.

Meskipun para peneliti berhasil mengekstrak dan mengurutkan DNA dari kedua individu, mereka hanya dapat sepenuhnya mengurutkan genom dari jasad membatu laki-laki karena kesenjangan dalam urutan yang diperoleh dari jasad perempuan.

Para peneliti berspekulasi, keberhasilan memulihkan DNA purba dari sisa-sisa individu laki-laki dikarenakan bahan piroklastik yang dilepaskan selama letusan Vesuvius tahun 79 Masehi mungkin memberikan perlindungan dari faktor lingkungan terhadap anasir-anasir yang dapat menurunkan dan merusak DNA, seperti oksigen atmosfer.

Baca Juga: Peneliti Temukan Kamar Keluarga Budak di Pompeii Italia yang Terkubur 2.000 Tahun

Genom manusia pertama berhasil diurutkan dari individu yang meninggal di Pompeii Italia usai letusan Gunung Vesuvius pada 79 M, leluhur warga Pompeii (Sumber: Gabrielle Scorrano/Nature.com/Scientific Direct)

DNA yang diekstraksi kemudian dibandingkan dengan 1.030 DNA orang kuno dan 471 orang Eurasia Barat modern lainnya. Hasilnya menunjukkan, DNA yang diekstrasksi itu paling mirip dengan orang Italia tengah modern dan orang lain yang tinggal di Italia selama Zaman Kekaisaran Romawi.

Analisis mitokondria pria dan DNA kromosom Y juga menunjukkan kelompok gen yang paling umum pada orang-orang dari Pulau Sardinia, tetapi bukan di antara orang lain yang tinggal di Italia selama periode itu.

Ini menunjukkan, mungkin ada tingkat keragaman genetik yang tinggi di seluruh Semenanjung Italia selama waktu ini. 

Studi tersebut mengidentifikasi sebuah garis dari Maroko_Iberomaurusian masuk zaman kekaisaran Romawi Italia, melewati Maroko Neolitikum setelah Zaman Besi.

Kontribusi genetik yang berasal dari sumber Afrika Utara sudah terbukti dalam prasejarah Italia.

Baca Juga: Jazirah Arab Dulu Hutan dan Savana, Ditemukan Bukti Arkeologi Migrasi Manusia Berusia 400.000 Tahun

Genom manusia pertama yang berhasil diurutkan dari individu yang meninggal di Pompeii, Italia, setelah letusan Gunung Vesuvius pada 79 M. Asal usul leluhur warga Pompeii dapat ditelusuri berdasarkan DNA (Sumber: Gabrielle Scorano/Nature.com)

Memang, campuran nenek moyang Afrika Utara diakui di Sardinia sejak Kalkolitik dan di Italia tengah hingga Zaman Besi (Etruscan) dan berlanjut hingga periode Kekaisaran Romawi.

Namun demikian, penelitian ini tidak mengidentifikasi kontribusi keturunan Afrika Utara pada individu Pompeian menggunakan D-statistik

Situs arkeologi Pompeii merupakan salah satu dari 54 situs Warisan Dunia UNESCO di Italia, berkat keunikannya: kota ini hancur total dan terkubur oleh letusan Vesuvian pada tahun 79 Masehi.

Pompeii adalah kota pelabuhan Zaman Kekaisaran Romawi yang terletak di selatan Napoli di Italia Tengah, menurut Gaius Plinius Caecilius Secundus (lebih dikenal sebagai Pliny the Younger: seorang pengacara, penulis, dan hakim Roma Kuno).

Letusan Vesuvius yang terjadi pada 24 Agustus pada sekitar pukul 1 siang waktu setempat itu terlihat dari jarak hingga 40 km jauhnya.

 



Sumber : Jerusalem Post/Scientific Reports/Nature.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x