Kompas TV internasional kompas dunia

Target Pengurangan Emisi Gagal Dijamin, Sekjen PBB Ingatkan Dunia Tidur Berjalan Menuju Malapetaka

Kompas.tv - 23 Maret 2022, 03:10 WIB
target-pengurangan-emisi-gagal-dijamin-sekjen-pbb-ingatkan-dunia-tidur-berjalan-menuju-malapetaka
Ilustrasi. Warga Somali, Ethiopia mengambil air dari waduk di tengah kekeringan panjang pada Selasa, 18 Januari 2022. Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan, dunia sedang menuju malapetaka akibat krisis iklim. (Sumber: Mulugeta Ayene/Unicef via Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

NEW YORK, KOMPAS.TV - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menegaskan, dunia sedang menuju malapetaka akibat krisis iklim. Guterres menyebut alasannya adalah kebijakan pengurangan emisi yang gagal disepakati di tengah pemanasan global yang mengganas.

Dalam konferensi iklim PBB (COP26) tahun lalu, target membatasi pemanasan global di angka 1,5 derajat Celsius gagal disegel dengan perjanjian. Angka itu adalah batas yang disarankan ilmuwan agar dunia terhindar dari malapetaka iklim.

“Menjaga (target) 1,5 (derajat Celsius) tetap hidup membutuhkan pengurangan emisi global sebanyak 45 persen per 2030 dan netralitas karbon per pertengahan abad,” kata Guterres dikutip CGTN, Selasa (22/3/2022).

Menurut komitmen global yang dicapai pada COP26, emisi global diperkirakan akan naik 14 persen sedekade mendatang.

“Di dunia kita yang terhubung secara global, tidak ada negara atau korporasi yang kebal dari level kekacauan yang akan datang,” lanjut diplomat asal Portugal itu.

Baca Juga: Ukur Dampak Krisis Iklim Pakai Kelembaban, Ilmuwan: Kerusakannya Dua Kali Lipat Lebih Parah

Guterres juga menyoroti perselisihan antara negara-negara maju dan berkembang. Negara-negara berkembang masih sangat bergantung terhadap batu bara untuk kebutuhan energi, salah satu pemicu utama pemanasan global.

Menurut Guterres, negara berkembang semestinya tidak melempar tanggung jawab ke negara maju untuk mempercepat transisi mereka ke energi baru-terbarukan.

“Kita tidak bisa saling tuding ketika planet terbakar,” kata Guterres.

“Negara-negara bisa sangat terpancing dengan kebijakan pembatasan bahan bakar fosil atau kebijakan langsung pembatasan suplai bahan bakar fosil. Ini gila,” lanjutnya.

Sejauh ini, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil masih menjadi andalan ekonomi global di tengah krisis-krisis geopolitik. Namun, di lain sisi, Guterres menyebut ketergantungan ini membuat target untuk memangkas emisi global 45 persen sangat sulit dicapai.

“Negara-negara maju, bank-bank pembangunan multilateral, institusi finansial swasta, dan perusahaan yang memiliki pengetahuan teknis—semua itu harus bekerja sama untuk membantu dengan skala besar dan cepat ekonomi-ekonomi yang masih bergantung pada batu bara,” pungkas Guterres.

Baca Juga: COP26 Ternyata Didominasi Delegasi Industri Bahan Bakar Fosil, Komitmen Krisis Iklim Dipertanyakan


 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x