Kompas TV internasional kompas dunia

Jumlah Peminat Menurun, Masa Depan Pelajaran Bahasa Indonesia "Terancam" di Australia

Kompas.tv - 16 November 2021, 22:34 WIB
jumlah-peminat-menurun-masa-depan-pelajaran-bahasa-indonesia-terancam-di-australia
Ilustrasi ruang kelas. Sekolah Australia menyaksikan penurunan minat terhadap pelajaran bahasa Indonesia di kalangan siswa dalam beberapa tahun belakangan. (Sumber: unsplash.com / Ivan Aleksic)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

MELBOURNE, KOMPAS.TV - Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia dilaporkan semakin sepi peminat. Yayasan Pendidikan Asia Universitas Melbourne menyebut pelajaran bahasa Indonesia sedang “terancam”.

Bahasa Indonesia sendiri telah diajarkan secara luas di Australia mulai 1950-an. Pada 1990-an, pelajaran bahasa Indonesia menuai puncak popularitas di kalangan siswa.

Akan tetapi, beberapa tahun belakangan, tren nasional Australia menunjukkan bahwa peminat bahasa Indonesia menurun.

Penurunan ini umum terjadi di tingkat sekolah menengah. 

Menurut laporan The Age pada Jumat (12/11/2021), penurunan minat terlihat di negara bagian Victoria. Pada 2020, 19 sekolah Victoria menutup program bahasa Indonesia.

Di seantero Victoria, hanya terdapat 215 siswa yang merampungkan pendidikan bahasa Indonesia. Padahal, terdapat 61.929 orang yang menempuh pelajaran itu, terutama sejak sekolah dasar.

Baca Juga: Fakta Menarik Bahasa Indonesia, Punya Ratusan Juta Penutur dan Keunikan Ejaan Angka

Program bahasa Indonesia yang dikelola sekolah pemerintah Victoria pun menunjukkan penurunan minat baik di sekolah dasar maupun menengah. Peminat di sekolah dasar turun 9 persen, dan di sekolah menengah turun 3 persen.

Heathmont College, sebuah sekolah di Victoria, hanya punya satu siswa kelas 12 dalam pelajaran bahasa Indonesia pada tahun ini.

Guru bahasa Indonesia Heathmont College, Prema Devathas, menyebut minat para siswa turun karena tidak merasa terhubung dengan budaya bahasa target dan jarang punya kesempatan mempraktikkannya.

Untuk menyelamatkan program yang disebutnya “sekarat” itu, Devathas bekerja sama dengan sebuah sekolah di Yogyakarta.

Ia memberi kesempatan siswa bergabung forum untuk melatih bahasa Indonesia bersama rekan-rekan siswa dari Yogyakarta.

“Kami harus membuatnya autentik dan membuatnya bermakna, juga melekatkannya dengan kehidupan mereka. Itulah mengapa tur Indonesia dan kemitraan sekolah penting,” kata Devathas dikutip The Age.

Upaya Heathmont College pun mengindikasikan hasil yang bagus. Meskipun kurang populer di kalangan siswa senior, program bahasa Indonesia lebih diminati di tingkat lebih muda.

Di lain pihak, kekurangan jumlah guru juga mengancam program bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia.

“Indonesia mendapat pukulan ganda karena (pelajaran) bahasanya sudah mengalami penurunan dan dalam lima atau 10 tahun ke depan akan ada lebih sedikit guru yang bisa mengajarkannya,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Asia Universitas Melbourne Hamish Curry.

Curry menambahkan, turunnya minat juga dipengaruhi oleh didikan orang tua. Menurutnya, terdapat persepsi umum bahwa Indonesia adalah “negara tak aman” sehingga anak-anak tak minat belajar bahasanya.

Baca Juga: Menatap Era Baru Diplomasi Indonesia-Korea Selatan lewat Mata Kuliah Bahasa Indonesia


 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x