Kompas TV internasional kompas dunia

Thailand Ricuh, Massa Pemrotes Penanganan Pandemi dan Reformasi Kerajaan Bentrok dengan Polisi

Kompas.tv - 11 Agustus 2021, 11:58 WIB
thailand-ricuh-massa-pemrotes-penanganan-pandemi-dan-reformasi-kerajaan-bentrok-dengan-polisi
Polisi anti huru-hara menembakkan gas air mata ke arah para demonstran di Bangkok, Thailand, Selasa (10/8/2021). Dalam aksi yang berakhir rusuh itu, massa menuntut Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mundur karena dinilai gagal menangani pandemi Covid-19. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Purwanto

BANGKOK, KOMPAS.TV – Aksi unjuk rasa di Thailand berakhir rusuh dengan bentrok antara polisi dan para pengunjuk rasa, Selasa (10/8/2021). Dalam aksi itu, para pengunjuk rasa mengungkapkan kemarahan mereka atas penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah. Massa juga memprotes lambannya kemajuan dalam reformasi politik.

Melansir Associated Press, barisan barikade polisi yang didukung dengan truk penyemprot air, menembakkan gas air mata dan peluru karet pada massa pengunjuk rasa di Bangkok. Massa membalas aparat dengan melemparkan batu dan kembang api. Massa juga membakar sejumlah pos polisi lalu lintas.

Massa membakar sebuah pos polisi lalu lintas dalam aksi unjuk rasa di Bangkok, Thailand, Selasa (10/8/2021). (Sumber: AP Photo)

Bentrokan antara polisi dan massa demonstran berlanjut hingga malam di kawasan Din Daeng. Sebelumnya pada Sabtu (7/8/2021), bentrokan serupa juga terjadi di kawasan yang sama.

Baca Juga: Demonstran di Bangkok Sirami Kantor Polisi dengan Cat Seusai Terjadi Bentrokan Berdarah

Aksi protes pada Selasa (10/8/2021) lalu dimulai dengan konvoi mobil para demonstran. Massa mengendarai mobil menuju sejumlah titik berbeda di ibu kota Thailand untuk menghindari pembatasan publik dan meminimalisir potensi penyebaran virus corona. Beberapa mereka kemudian memisahkan diri dan memicu konfrontasi dengan polisi.

Para pengunjuk rasa menyalahkan pemerintah yang dianggap ceroboh dalam menangani pandemi Covid-19. Thailand berjuang menekan tingginya lonjakan kasus Covid-19 yang sebagian disebabkan karena rendahnya tingkat vaksinasi populasi.

Para pengunjuk rasa juga menyerukan perubahan politik yang mencakup pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan Undang-Undang yang baru. Selain itu, mereka juga menyerukan tuntutan yang paling kontroversial, yakni reformasi mendasar atas monarki Thailand yang kuat tapi tak jelas.

Baca Juga: Adang Penularan Covid-19, Militer Thailand Turun Tangan Tegakkan Jam Malam

Aksi protes itu berlangsung pada peringatan aksi serupa di kampus universitas setahun lalu. Ketika itu, para demonstran muda menyatakan 10 poin agenda reformasi kerajaan. Aksi menentang kerajaan yang belum pernah terjadi sebelumnya itu memanaskan suhu politik di Thailand, dan memicu aksi protes dan bentrokan melawan polisi dan massa pro-kerajaan selama berbulan-bulan lamanya.

Aksi unjuk rasa itu gagal akibat tindakan hukum dari  pihak berwenang, pertikaian di antara sesama kelompok aksi protes dan wabah Covid-19. Namun, aksi protes kembali muncul menyusul meningkatnya ketidakpuasan publik atas kondisi negara itu.



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x