Kompas TV internasional kompas dunia

Intelijen Estonia: Rusia Prediksi Covid-19 Akan Lemahkan Persatuan Negara-Negara Barat

Kompas.tv - 17 Februari 2021, 22:49 WIB
intelijen-estonia-rusia-prediksi-covid-19-akan-lemahkan-persatuan-negara-negara-barat
Lapangan Merah di Moskow yang sepi di awal pandemi. Di latar belakang tampak Katedral St. Basil (tengah) dan Menara Spasskaya Kremlin (kanan) di Moskow, Rusia. Foto diambil pada 30 Maret 2020. (Sumber: AP Photo / Pavel Golovkin)
Penulis : Vyara Lestari

HELSINKI, KOMPAS.TV – Badan intelijen luar negeri Estonia menyatakan pada Rabu (17/2) bahwa Rusia berharap pandemi Covid-19 akan melemahkan persatuan di negara-negara Barat. Hal ini akan membantu Moskow menggapai peran lebih dominan dalam urusan internasional dan menurunkan pengaruh Barat di panggung dunia.

Associated Press melaporkan, Kremlin meyakini bahwa pandemi akan memaksa negara-negara Barat memfokuskan diri pada kebijakan dalam negeri dan masalah-masalah ekonomi, sehingga mengakibatkan gerakan populis dan ekstrimis kembali muncul. Demikian dinyatakan Badan Intelijen Luar Negeri Estonia dalam laporan tahunannya.

Baca Juga: Rusia Sambut Baik Pemimpin Baru Organisasi Perdagangan Dunia WTO, Nyatakan Siap Bekerja Sama

Laporan setebal 79 halaman itu menyatakan, “Rusia siap menyiramkan bensin untuk mengobarkan api untuk mendukung tren ini. Maka dari itu, pada 2021, operasi-operasi pengaruh Rusia didesain untuk menciptakan dan memperdalam perpecahan di dalam dan di antara masyarakat Barat, termasuk di tingkat Uni Eropa.”

Laporan itu menyebut bahwa langkah-langkah Rusia akan meliputi upaya pendiskreditan vaksin Covid-19 produksi Barat, terutama yang dibuat oleh perusahaan Anglo-Swedia AstraZeneca yang oleh propaganda Rusia dijuluki sebagai ‘vaksin monyet’.

“Dengan kampanye pencemaran ini, Rusia berharap, di satu sisi, menciptakan posisi yang lebih menguntungkan bagi vaksin produksinya sendiri di pasar dunia. Dan di sisi lain, mempromosikan ambisi strategis Rusia untuk menunjukkan dirinya sebagai salah satu kekuatan utama yang pertama menyediakan solusi bagi Covid-19,” demikian paparan laporan itu.

Baca Juga: Sputnik V, Vaksin Covid-19 Rusia Tampil Makin Mencuat Ditengah Kemelut Pasokan Vaksin Dunia

Rusia secara aktif mempromosikan vaksin Sputnik V buatannya di sejumlah negara Eropa, termasuk Hungaria, yang telah membeli atau bermaksud membeli vaksin tersebut.

Terkait kepemimpinan Amerika Serikat (AS) yang baru, laporan itu menyebut bahwa agenda Rusia terhadap Washington tampaknya tidak akan jauh berubah dan sebagian besar tetap bersifat konfrontatif.

Hubungan Estonia dengan Rusia tetangganya tetap dingin sejak 1991, saat bekas republik Soviet berpopulasi 1,3 juta penduduk dan para tetangga negara Baltiknya – Latvia dan Lithuania – ini memperoleh kemerdekaan mereka seiring keruntuhan Uni Soviet.

Meski sebagian besar berfokus pada peristiwa di Rusia dan sekitarnya seperti Belarusia dan Ukraina, laporan tersebut juga mencatat perkembangan di China. Laporan tersebut juga menyatakan, rencana ambisius Beijing untuk menjadi pemimpin dunia di bidang teknologi akan menimbulkan ancaman keamanan besar bagi negara-negara di seluruh dunia.

Baca Juga: Padamkan Aksi Protes, Belarusia Tangkapi Para Jurnalis dan Aktivis HAM dan Geledah Rumah Mereka

Jaringan seluler generasi baru 5G, teknologi navigasi satelit nan canggih, layanan cloud dan kecerdasan buatan termasuk contoh yang menunjukkan posisi dan peran China dalam panggung dunia.

“Kepemimpinan China punya tujuan yang jelas, yakni untuk membuat dunia tergantung pada teknologi China,” ungkap laporan itu.

Badan intelijen itu juga memperingatkan Estonia bahwa mengintegrasikan negara ke dalam ekosistem teknologi otonomi China akan membuat Estonia rentan dan bergantung pada China.

Sebelumnya, Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO dan anggota Uni Eropa Estonia telah melarang Huawei – penyedia teknologi 5G terkini dari China – menyediakan pasokan teknologi dan peralatan ke pemerintahan negara Baltik itu. Faktor keamanan negara disebut menjadi pertimbangan utama pelarangan tersebut.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x