Kompas TV entertainment seni budaya

Filosofi Ranupada atau Basuh Kaki Saat Proses Panggih Pengantin Kaesang dan Erina

Kompas.tv - 10 Desember 2022, 17:14 WIB
filosofi-ranupada-atau-basuh-kaki-saat-proses-panggih-pengantin-kaesang-dan-erina
Kaesang Pangarep dan Erina Gudono menjalani upacara adat panggih pengantin di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, Sabtu (10/12/2022). (Sumber: Kompas TV)
Penulis : Fiqih Rahmawati | Editor : Fadhilah

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Kaesang Pangarep dan Erina Gudono menjalani prosesi adat panggih manten atau panggih pengantin usai menjalani akad nikah di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, Sabtu (10/12/2022).

Dalam proses panggih ini, Kaesang dan Erina telah berganti kostum, dari mulanya bernuansa putih, kini bernuansa emas. Erina masih menggunakan riasan yang sama, yakni Paes Ageng Yogyakarta.

Rangkaian panggih pun dimulai dengan penyerahan pisang sanggan yang merupakan simbol permohonan agar kedua mempelai dipertemukan dengan acara budaya.

Baca Juga: Jadi Sorotan, Begini Ekspresi Lega Kaesang Pangarep usai Ijab Kabul, Bikin Tamu Undangan Tertawa

Kemudian, dilanjutkan dengan balangan gantal, di mana kedua mempelai saling melempar gantal, daun sirih yang dilinting berisi bunga pinang, kapur sirih, gambir, tembakau hitam.

Setelahnya, Kaesang dan Erina menjalani ranupada atau basuh kaki. Tradisi ini merupakan salah satu momen yang menjadi sorotan dalam prosesi adat panggih.

Kaki Kaesang melangkah menuju baki yang berisi bunga dan telur. Kemudian, Erina mengambil air bunga dan membasuh kaki Kaesang.

Pembawa acara adat panggih Kaesang dan Erina menjelaskan bahwa ranupada merupakan simbol berbaktinya istri kepada suami.

“Penanda bahwa istri mendudukkan suami sebagai pemimpin bagi keluarganya. Hormat dan berbakti kepada suami karena suami telah menerima amanah dari walinya,” jelas dia.

Baca Juga: Besok, 400 Becak dan 35 Andong Siap Angkut Tamu Resepsi Nikah Kaesang dan Erina di Solo

Pegiat sanggar budaya, Dewi Sasongko mengatakan bahwa rangkaian acara panggih mengikuti tradisi adat Yogyakarta.

“Ini rangkaian adatnya dipakai dengan rangkaian adat Jogja beneran, jadi memang mengikuti tradisional adat Jogja, panggihnya Jogja. Cukup sakral ya,” kata Dewi.

“Jadi memang pakai adat Jogja. Memang karena orang tuanya (Erina) orang Jogja,” sambungnya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x