Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Sri Mulyani Minta Pemda Ikut Pantau Perekonomian AS, China, dan Eropa, Ini Alasannya

Kompas.tv - 6 November 2023, 13:22 WIB
sri-mulyani-minta-pemda-ikut-pantau-perekonomian-as-china-dan-eropa-ini-alasannya
Menkeu Sri Mulyani dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal kepada para kepala daerah yang berhasil menjaga inflasi di daerahnya sesuai target, Senin (31/8/2023). (Sumber: Instagram @smindrawati)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta para kepala daerah untuk mewaspadai ancaman global terhadap perekonomian tanah air. Menurutnya, ancaman global itu bukan hanya berpengaruh pada ekonomi makro secara nasional, tapi juga untuk ekonomi daerah.

Sri Mulyani menyebut setidaknya ada 3 faktor yang bisa menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia. Yaitu pelemahan ekonomi Amerika Serikat, China, dan Eropa yang ujungnya bisa membuat inflasi di Indonesia melambung tinggi.

“Inflasi itu kalau terlalu tinggi bisa menggerus daya beli masyarakat. Bisa dibilang seperti memajaki rakyat tanpa ada Direktorat Jenderal Pajak. Karena daya belinya langsung masuk ke kantongnya sendiri (inflasi). Yang tadinya uang Rp10.000 bisa beli beras 1 kg sekarang tidak bisa,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2023 di Jakarta, Senin (6/11/2023).

Baca Juga: Mendagri Ingatkan Kepala Daerah soal Inflasi: Presiden Jokowi Ingin Rakyat Perutnya Terisi

Ia menjelaskan, perekonomian China, AS, dan Eropa mencakup 40 persen ekonomi dunia. Sehingga jika ada masalah di sana, dampaknya akan ke seluruh dunia. Di AS sedang terjadi tren suku bunga tinggi karena bank sentralnya menaikkan suku bunga 5 persen dalam waktu 14 bulan.

Hal itu menyebabkan capital outflow atau keluarnya aliran modal dari pasar uang sejumlah negara, termasuk Indonesia, kembali ke AS. Kemudian disusul depresiasi nilai mata uang negara-negara yang bisa menyebabkan imported inflation atau inflasi yang disebabkan mahalnya harga barang impor.

Selanjutnya China sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia kini sedang melemah, yang membuat permintaan terhadap komoditas (CPO dan batu bara) menurun. Sehingga harga kedua komoditas itu juga ikut turun. Hal ini berbanding terbalik dengan setahun lalu, saat harga keduanya melambung tinggi dan menjadi berkah bagi Indonesia.

Baca Juga: Pastikan Nilai Tukar Rupiah Tetap Stabil, Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6 Persen!

“Bapak Ibu yang daerahnya memproduksi komoditas seperti CPO dan batu bara pasti merasakan dampaknya. Itu terasa sekali setahun ini,” ujar Sri Mulyani seperti dikutip dari kanal YouTube Kemendagri.

Selanjutnya Eropa, yang dilanda krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina lalu sekarang terdampak perang Hamas-Israel. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, perang Hamas-Israel berpotensi meluas dan membuat harga minyak naik.

“Inilah gejolak dunia yang harus diwaspadai. Gejolak yang datang bertubi-tubi maka ekonomi dunia juga terpengaruh. Belum pulih sepenuhnya dari Covid-19 lalu ada perang, harga komoditas juga bergejolak,” tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: Harga Minyak Merangkak Naik, Sri Mulyani Sebut Dampak Perang Israel-Hamas Mulai Terasa

Dana Moneter Internasional atau IMF sudah memprediksi ekonomi dunia pada 2024 akan sama atau lebih rendah dari ekonomi 2023. Oleh karena itu, pemerintah pusat juga akan memantau pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu caranya adalah dengan pengendalian inflasi di daerah.


 

Sri Mulyani berharap Pemda bisa memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bisa menjadi bantalan perekonomian terhadap gejolak yang terjadi.

“APBD sama dengan APBN, diharapkan bisa menjadi shock absorber. Bisa dari sisi logistik, produksi, demand side. Apalagi kalau akhir tahun ada bencana alam, bisa membuat daya beli turun. APBD bisa mengamankan dari sisi permintaan dan penawaran,” tandasnya.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x