Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Penyakit LSD pada Ternak Telah Mewabah, Bisa Sebabkan Sejumlah Kerugian Ekonomi

Kompas.tv - 21 April 2022, 12:57 WIB
penyakit-lsd-pada-ternak-telah-mewabah-bisa-sebabkan-sejumlah-kerugian-ekonomi
Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang hewan ternak. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV – Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang hewan ternak sapi dan kerbau telah menjadi wabah di Pulau Sumatera. Dampaknya, bisa menyebabkan sejumlah kerugian ekonomi, terutama bagi peternak.

Namun, keterbatasan anggaran untuk vaksinasi disebut-sebut menjadi kendala untuk menangani wabah ini.

Ketua Umum Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan, potensi kerugian ekonomi akibat LSD antara lain penurunan produksi, kematian sapi, karkas maupun kulit sapi tidak laku.

”Yang kita khawatirkan adalah reluktansi masyarakat untuk mengkonsumsi daging sapi. Tanpa ini saja, animo daya beli masyarakat sudah turun apalagi adanya kasus LSD ini. Bisa dibayangkan bagaimana nasib para peternak,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis (21/4/2022), seperti dikutip dari Antara.

Tak hanya itu, apabila wilayah unit usaha peternak ditetapkan sebagai wabah sehingga akan terjadi pelarangan mobilitas atau transportasi ternak ke daerah lain. Hal itu akan sangat memukul peternak.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Muhammad Munawaroh mengatakan pengendalian LSD pada hewan ternak paling baik dengan vaksinasi.

Kementan saat ini menyediakan sebanyak 476 ribu dosis vaksin. Jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan vaksinasi pada hewan ternak sebanyak 2,7 juta ekor.

Terkendala anggaran

Direktur Kesehatan Hewan Kementan Nuryani Zainuddin menjelaskan, pemerintah terkendala anggaran untuk bisa memvaksinasi seluruh populasi hewan ternak. Pasalnya, pemerintah memerlukan biaya sekitar Rp 104 miliar untuk mencapai kebutuhan 80 persen dari populasi ternak di Sumatera yang sedang terjadi wabah.

Ketua Pusat Kajian Pangan Pertanian dan Advokasi (Pataka) Ali Usman terkait hal ini mengatakan, pentingnya kerja sama antar pemangku kepentingan baik pemerintah, asosiasi dan peternak untuk selalu berkoordinasi dengan baik secara intensif.

Baca Juga: Wabah Lumpy Skin Disease Kian Merebak, Laos Perpanjang Larangan Impor Hewan Ternak Sapi

Kerja sama dibutuhkan untuk mempercepat proses vaksinasi supaya LSD tidak menyebar ke wilayah lain, terutama Pulau Jawa, yang merupakan sentra populasi ternak sapi dan kerbau.

"Sehingga pemerintah dapat meminimalkan eskalasi kerugian peternak rakyat dan masyarakat konsumen yang lebih luas," tuturnya.

LSD merupakan penyakit infeksius hewan ternak sapi dan kerbau yang  disebabkan oleh virus Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang masuk dalam genus Capripoxvirus.

Sejak awal 2022 kasus LSD muncul di beberapa kabupaten/kota Provinsi Riau dan hingga saat ini sudah merebak di wilayah lainnya di Pulau Sumatera.

Data kasus LSD

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), saat ini terjadi 527 kasus LSD di Riau, 564 kasus di Aceh, 73 kasus di Sumatera Utara, 13 kasus di Jambi, dan 4 kasus di Sumatera Barat dengan total 1.181 ekor.

Kementan mencatat satu kasus kematian sapi dilaporkan karena terkena penyakit LSD di Indragiri Hulu.

Penyebaran virus LSD ke hewan ternak lainnya sangat cepat sehingga membahayakan dan berpotensi terjadi wabah di tempat lain. Bahkan vektor penular LSD bisa menjelajah hingga 28 kilometer.




Sumber : Kompas TV/Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x