Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Palembang Jadi Percontohan Transportasi Massal Terintegrasi, Ini Alasannya

Kompas.tv - 28 Februari 2022, 07:32 WIB
palembang-jadi-percontohan-transportasi-massal-terintegrasi-ini-alasannya
Menhub Budi Karya Sumadi meninjauh LRT Sumsel di Palembang, Minggu (27/2/22) didampingi Gubernur Sumsel Herman Deru. (Sumber: Kompas.TV/Ant)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Desy Afrianti

PALEMBANG, KOMPAS.TV - Sistem transportasi massal terintegrasi di Palembang jadi percontohan karena memiliki moda terlengkap di Tanah Air.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, langkah ini diwujudkan dengan meluncurkan Gerakan Nasional Kembali Ke Angkutan Umum (GNKAU) di Palembang.

“GNKAU sebagai salah satu wujud kebersamaan pemerintah pusat, pemerintah daerah, universitas dan masyarakat, semua pihak harus mendukung kembali ke angkutan umum,” katanya di Palembang, Minggu (27/2/2022), seperti dikutip dari Antara

Menurut Menhub Budi Karya, Kota Palembang, layak menjadi percontohan karena memiliki moda transportasi darat, sungai dan udara, dan kereta api yang terintegrasi menjadi satu kesatuan dalam melayani masyarakat.

Baca Juga: Tanggapi Protes Para Sopir, Kemenhub Sebut Tak Ada UU Tersendiri Terkait Aturan Truk ODOL

Oleh karena itu, kota ini menjadi pertama di Indonesia yang memiliki lima moda transportasi yang lengkap, khususnya untuk angkutan jalan dan kereta api.

Melalui GNKAU ini, pemerintah dengan menggandeng berbagai pihak untuk mengajak masyarakat kembali ke angkutan umum, supaya penggunaan kendaraan pribadi menjadi berkurang.

Dalam kesempatan itu, Menhub memberikan secara simbolis kartu berlangganan LRT Sumsel, kepada aparatur sipil negara (ASN) mahasiswa dan pelajar, berupa uang elektronik senilai Rp 25.000.

“Melalui stimulus kartu berlangganan ini diharapkan pengguna LRT menjadi lebih banyak lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Sumsel H Herman Deru menuturkan, Pemprov Sumsel dan Pemkot Palembang telah melakukan sejumlah langkah untuk mendorong penggunaan transportasi massal. 

 Di antaranya, memperbarui rute angkot dan bus rapid transit (BRT) agar terintergasi dengan halte stasiun LRT.

“Kami mengharapkan masyarakat kembali menggunakan transportasi massal agar tidak menjadi masalah di kemudian hari. Ini saja sudah terjadi kemacetan di jam-jam sibuk,” ujarnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan diketahui bahwa jumlah penumpang LRT sejak Tahun 2018 hingga 2021 mengalami pergerakan yang cukup signifikan.

Pada 2018, sebanyak 927.432 orang, kemudian melonjak menjadi 2,6 juta (sebelum pandemi) pada 2019, lalu pada 2020 anjlok menjadi 1,1 juta orang, dan pada 2021 naik sedikit menjadi 1,5 juta orang.

Lalu, terjadinya penurunan signifikan penggunaan LRT itu, khususnya saat penerapan cashless (pembayaran nontunai) di Stasiun Ampera.

Baca Juga: Menhub Ungkap Tantangan dan Strategi yang Dilakukan di Sektor Transportasi

 




Sumber : Kompas TV/Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x