Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Rupanya Inilah Pemilik Autograph Tower, Gedung Pencakar Langit Tertinggi di Indonesia

Kompas.tv - 19 Agustus 2021, 11:01 WIB
rupanya-inilah-pemilik-autograph-tower-gedung-pencakar-langit-tertinggi-di-indonesia
Autograph Tower, di kawasan Thamrin Nine menjadi pencakar langit tertinggi di Indonesia (Sumber: Putragaya Wahana)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Autograph Tower, menggeser reputasi Gama Tower sebagai pencakar langit tertinggi di Indonesia. 

Meski tengah dalam tahap penyelesaian, Autograph Tower masuk kategori supertall atau lebih dari 300 meter. 

Mengingat gedung yang diperkirakan rampung pada 2021 ini, dirancang memiliki tinggi mencapai 382,9 meter dengan 75 lantai.

Autograph Tower dilengkapi dengan beragam fungsi, mulai dari perkantoran, hotel, apartemen, apartemen servis, serta area ritel komersial. 

Menara yang didesain oleh arsitek kenamaan dari Amerika Serikat, Kohn Pedersen Fox Associates tersebut menjadi bagian dari kompleks pengembangan mixed use Thamrin Nine.

Kehadiran komplek Thamrin Nine sebagai ikon baru Kota Jakarta yang terletak di antara jalan Jendral Sudirman dan Jl. M.H. Thamrin, dekat Bundaran HI ini diharapkan dapat menjadi suatu kebanggaan bagi Indonesia.

Lokasinya sangat strategis serta dikelilingi pusat transportasi publik seperti Halte Trans Jakarta, yang terkoneksi langsung ke MRT, dan Commuter Line sehingga memberikan berbagai kemudahan akses menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Baca Juga: Mesir Bangun Gedung Tertinggi di Afrika, Dapat Bantuan dari China

Thamrin Nine yang menghadirkan berbagai fasilitas bertaraf internasional dengan standar terbaik serta gedung pencakar langit ini dalam pembangunannya menelan investasi sekitar Rp7 triliun hingga Rp8 triliun.

Melansir dari Kompas.com, pemilik dan pengembang Thamrin Nine ini adalah Putragaya Wahana (PGW), yang juga merupakan pengembang UOB Plaza. Adapun President Director PT Putragaya Wahana yakni Alvin Gozali.

Sebagai informasi, sebelum terjun ke sektor properti, PGW rupanya terlebih dahulu berkecimpung di sektor tekstil. Namun industri tekstil mengalami titik balik dan mengalami perlambatan sejak kurun 2009 hingga kemudian jatuh.  

Alvin menuturkan pihaknya kemudian lebih memilih sektor properti karena dinilai sangat menjanjikan.

"Tekstil sudah redup (sunset), sementara properti tengah tumbuh dengan prospek yang sangat menjanjikan (sunrise). Terlebih untuk properti kelas atas," kata Alvin.

Menurut penjelasannya, sektor properti pemainnya sedikit, pasokan terbatas, tetapi permintaan tinggi. Terlebih, Jakarta merupakan pasar paling potensial dibanding sejumlah negara Asia Tenggara.

Selain menggarap Thamrin Nine, PGW juga merancang pengembangan properti komersial di BSD City, Cibinong, Lebak Bulus, MT Haryono, dan Uluwatu, Bali.

Baca Juga: Sempat Berguncang, Begini Kondisi Terkini Gedung Pencakar Langit Setinggi 300 Meter di China



Sumber : Kompas TV/Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x