Kompas TV nasional berita kompas tv

Gejala Palsu Covid-19 Bisa Bikin Orang Sehat Merasa Sakit, Ini Sebab dan Cara Menangkalnya

Kompas.tv - 21 Juni 2020, 14:15 WIB
gejala-palsu-covid-19-bisa-bikin-orang-sehat-merasa-sakit-ini-sebab-dan-cara-menangkalnya
Ilustrasi foto mikroskopik virus corona (Sumber: TRIBUNNEWS.COM)
Penulis : Idham Saputra

KOMPAS.TV – Gejala palsu Covid-19 hanya merupakan psikosomatik karena kecemasan berlebih terhadap virus corona jenis baru tersebut.

Dokter dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Rudi Putranto, Sp.PD(K)-Psi mengatakan gejala mirip Covid-19 yang berasal dari kecemasan bisa hilang sendiri kalau orang tersebut menenangkan diri dan merelaksasi tubuh.

Baca Juga: Kominfo dan BSSN Telusuri Dugaan Kebocoran Data Pasien Covid-19 yang Dijual di Internet

"Bagaimana cara kita membedakan, kalau ini reaksi tubuh dan kita dapat menyadari itu, istirahat sebentar dan relaksasi maka reaksi tersebut bisa hilang," kata Rudi dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Minggu (21/6/2020 seperti dikutip dari ANTARA.

Menurut Rudi, gejala psikosomatik adalah perubahan psikologis seseorang yang akan mempengaruhi konfisi fisik bila tubuh tidak bisa beradaptasi.

Gangguan ini bisa terjadi pada orang sehat yang kemudian seperti merasakan sakit, atau orang yang sakit ringan.

Rudi menyebut orang yang punya gangguan kesehatan seperti diabetes dan hipertensi pun bisa mengalami gejala psikosomatik ini dan mempengaruhi kesehatannya. 

Baca Juga: WHO Tegaskan Obat Corona Dexamethasone untuk Pasien Kritis, Gejala Ringan Belum Terbukti

Dokter dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Rudi Putranto, Sp.PD(K)-Psi. (Sumber: ANTARA/HO-Tangkapan layar)

"Psikosomatik bisa memicu penyakit yang sudah ada, bagi yang memiliki darah tinggi bisa menjadi tidak terkontrol, yang memiliki diabetes gula darahnya bisa tidak terkontrol," katanya.

Gangguan psikosomatik akibat Covid-19 ini bisa terjadi kalau seseorang menerima terlalu banyak informasi negatif, lalu menjadi cemas berlebihan.

Rudi mengatakan otak manusia lebih mudah menerima dan menyimpan hal-hal negatif dibanding hal yang positif.

Baca Juga: Penularan Covid-19 Masih Tinggi, Pemerintah Imbau Lansia dan Balita Tak Diajak ke Pusat Perbelanjaan

"Pada waktu kita mendapat informasi maka otak kita akan mengolah informasi tersebut. Informasi itu akan menstimulasi hormon stres dan hormon yang lain dan akan merangsang ke organ tubuh," katanya.

Hormon stres tersebut bisa memicu jantung yang berdetak lebih cepat, paru-paru menjadi sesak, perut sakit, cepat lelah, merasa demam padahal suhu tubuh normal, hingga membuat daya tahan tubuh menurun sehingga lebih gampang sakit.

Rudi menyarankan masyarakat membatasi informasi mengenai Covid-19 ini sehari dua kali saja atau tidak lebih dari 30 menit.

Selain itu, informasi tersebut sebaiknya hanya dari sumber tepercaya supaya bisa membantu memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.

Baca Juga: Tanya-Jawab Covid-19: Bagaimana Pengobatan untuk Orang Tanpa Gejala?

Karena dengan memahami situasi yang sebenarnya, kita bisa melakukan berbagai pencegahan untuk menghindari penularan virus.

Di samping itu, bisa lakukan hobi atau kegiatan yang disukai atau mendengarkan musik yang menenangkan demi memperbaiki kesehatan mental.
 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x