Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Komunitas Konsumen Indonesia Gugat BPOM ke PTUN Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut

Kompas.tv - 11 November 2022, 14:25 WIB
komunitas-konsumen-indonesia-gugat-bpom-ke-ptun-terkait-kasus-gagal-ginjal-akut
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Penny K Lukito dalam Konferensi pers di Tapos, Depok, Jawa Barat (9/11/2022). Komunitas Konsumen Indonesia menggugat BPOM, karena dianggap melakukan pembohongan publik. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Komunitas Konsumen Indonesia menggugat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), karena dianggap melakukan pembohongan publik terkait kasus gagal ginjal akut pada anak. Gugatan terhadap BPOM itu didaftarkan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada Jumat (11/11/2022).

"Komunitas Konsumen Indonesia adalah Lembaga Pelindungan Konsumen Swadaya Masyarakat sehingga memiliki legal standing untuk mengajukan Gugatan ke Pengadilan. Dalam hal ini kami mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Penguasa yang dilakukan oleh BPOM RI," kata Ketua Komunitas Konsumen Indonesia David Tobing dalam siaran persnya yang diterima KOMPAS.TV. 

David menyatakan, pihaknya menggugat BPOM karena tidak menguji sirop obat secara menyeluruh. 

"Pada tanggal 19 Oktober 2022 BPOM RI sempat mengumumkan 5 obat memiliki kandungan cemaran EG/DEG (etilen glikol/dietilen glikol) namun pada tanggal 21 Oktober 2022 malah BPOM RI merevisi 2 obat dinyatakan tidak tercemar," ujar David. 

Baca Juga: Daftar 73 Obat Sirop yang Ditarik BPOM Karena Tercemar EG dan DEG

Kedua, pada tanggal 22 Oktober 2022, BPOM RI mengumumkan 133 obat dinyatakan tidak tercemar, kemudian pada tanggal 27 Oktober 2022 menambah 65 obat sehingga 198 obat diumunkan BPOM RI tidak tercemar EG/DEG. 

Namun di tanggal 6 November 2022 justru malah dari 198 sirop obat, 14 sirop obat dinyatakan tercemar EG/DEG.

"Konsumen Indonesia dan Masyarakat Indonesia seperti dipermainkan," ucap David. 

"Tindakan tersebut jelas membahayakan karena BPOM RI tidak melakukan kewajiban hukumnya untuk mengawasi peredaran sirup obat dengan baik" tambahnya. 

Ketiga, David menilai tindakan BPOM RI dalam mengawasi sirop obat ini secara tergesa-gesa. BPOM juga dinilai melimpahkan kewajiban hukumnya untuk melakukan pengujian sirop obat kepada industri farmasi.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x