Kompas TV internasional kompas dunia

Biden Bakal Safari ke Asia Tenggara Hadiri KTT ASEAN dan G20, Berpeluang Jumpa Putin dan Xi Jinping

Kompas.tv - 29 Oktober 2022, 14:35 WIB
biden-bakal-safari-ke-asia-tenggara-hadiri-ktt-asean-dan-g20-berpeluang-jumpa-putin-dan-xi-jinping
Ilustrasi. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melambai dari anak tangga Air Force One bersama Ibu Negara Jill Biden di Pangkalan Udara St. Andrews, 17 September 2022. Joe Biden akan melakukan safari kunjungan ke Asia Tenggara untuk menghadiri KTT AS-ASEAN dan KTT G20 di Bali, November mendatang. (Sumber: Gemunu Amarasinghe/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan melakukan safari kunjungan ke Asia Tenggara untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) AS-ASEAN dan G20 pada November mendatang. Di Bali, Biden berpeluang seruangan dengan dua kepala negara yang memiliki hubungan kurang baik dengan AS belakangan ini, yakni Vladimir Putin dan Xi Jinping.

Pada Sabtu (29/10/2022), sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengumumkan bahwa sebelum ke Asia Tenggara, Biden akan mengunjungi Mesir terlebih dulu. Sang presiden melawat ke Sharm El-Sheikh untuk menghadiri KTT iklim PBB (COP-27) pada 11 November.

Setelahnya, eks wakil presiden Barack Obama itu akan mengunjungi Phnom Penh, Kamboja untuk menghadiri KTT AS-ASEAN dan KTT Asia Timur. Kamboja sendiri merupakan pemegang keketuaan ASEAN tahun ini.

Biden kemudian akan bertolak ke Bali untuk menghadiri KTT G20, tempat pemimpin dari 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia berkumpul.

Baca Juga: Mengejutkan! Xi Jinping Berusaha Mesra dengan Joe Biden, Ingin China dan AS Berjalan Bersama

Di KTT G20, Biden berpeluang bertemu Xi Jinping pertama kali sebagai Presiden AS. Sebelumnya, ia pernah bertemu Xi ketika menjadi wakil Barack Obama.

Sejak menjadi presiden pada Januari 2021, Biden beberapa kali bertelepon dengan Xi Jinping. Namun, belakangan ini, hubungan China-AS semakin renggang.

Pemerintahan Biden mengkritik China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, peredaman gerakan pro-demokrasi di Hong Kong, intimidasi terhadap Taiwan, serta sikap Beijing atas invasi Rusia ke Ukraina.

Sebaliknya, pemerintahan Xi mengecam tindakan AS yang dianggap ikut campur proses reunifikasi paksa China-Taiwan. Beijing menuduh Washington merongrong kedaulatan dan integritas teritorialnya.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby menyatakan bahwa Washington-Beijing tengah mengupayakan pertemuan antarpejabat tinggi. Namun, belum ada pertemuan yang terkonfirmasi.

Biden sendiri dalam rapat bersama pejabat Kementerian Pertahanan AS pada Rabu (26/10) lalu menegaskan menjaga daya kompetisi lawan China yang meningkat belakangan ini.

"Kita harus menjaga, sebagaimana saya katakan, keunggulan militer kita, tetapi kita telah memperjelas bahwa kita tidak menginginkan konflik," kata Biden dikutip Associated Press.

Sementara itu, hubungan AS-Rusia memburuk usai Moskow meluncurkan invasi ke Ukraina pada akhir Februari silam. AS memimpin sanksi internasional terhadap Rusia sekaligus menggalakkan bantuan militer ke Ukraina.

Biden dan Putin sendiri terakhir bertemu di Jenewa, Swiss pada Juni 2021. Mereka terakhir bicara lewat telepon pada Februari 2022. Waktu itu, Biden memperingatkan "harga mahal" yang harus dihadapi Rusia jika nekat menginvasi Ukraina.

Baca Juga: Usai Bicara dengan Biden, Sunak Tegaskan Inggris-AS Punya Hubungan Spesial, Terus Dukung Ukraina


 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x