Kompas TV nasional peristiwa

Anggota TGIPF Tragedi Kanjuruhan: Korban Alami Radang Mata Parah, Bukan Lagi Merah tapi Cokelat

Kompas.tv - 9 Oktober 2022, 18:07 WIB
anggota-tgipf-tragedi-kanjuruhan-korban-alami-radang-mata-parah-bukan-lagi-merah-tapi-cokelat
Penampakan pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (6/10/2022). (Sumber: ANTARA/Vicki Febrianto))
Penulis : Danang Suryo | Editor : Edy A. Putra

 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mengatakan para korban Tragedi Kanjuruhan saat ini menderita radang mata sangat parah.

Anggota TGIPF Anton Sanjoyo menuturkan kesaksian anggota TGIPF lainnya, Akmal Marhali, yang mengatakan bahwa radang mata yang dialami para penyintas tak lagi berwarna merah tetapi cokelat.

Selain itu, lebam di sekitar mata para korban juga masih ada dan belum hilang seminggu setelah kejadian nahas pada Sabtu, 1 Oktober 2022 itu.

Baca Juga: Update: 30 Korban Luka Kanjuruhan Masih Dirawat, Paling Banyak di RSUD Syaiful Anwar Capai 12 Orang

"Korban terluka rata-rata yang dilihat Akmal Marhali adalah temen-temen Aremania yang menderita radang mata sangat parah. Warnanya bukan lagi merah tapi cokelat. Lebam di sekitar mata masih ada," ungkap Sanjoyo dalam Kompas Petang Kompas TV, Minggu (9/10/2022).

Sanjoyo melanjutkan, pihaknya akan menemui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Komnas HAM, hingga PSSI, besok, Senin (10/10/2022).

Pria yang akrab disapa Bung Joy ini menuturkan, tim gabungan telah menemui banyak bukti untuk mengungkap fakta di lapangan. Namun, pihaknya mengatakan bukti dan fakta masih bersifat confidential atau rahasia.


Baca Juga: 1 Pekan Pasca Tragedi, Warga Masih Berdatangan ke Stadion Kanjuruhan untuk Doakan Korban

"Sudah banyak (bukti) yang kita dapatkan, untuk mengungkap fakta. Besok kami bertemu PUPR, Komnas HAM, dan PSSI," lanjutnya.

Bung Joy mengatakan pihaknya segera akan mengungkap seluruh hasil temuan TGIPF yang diketuai oleh Menkopolhukam Mahfud MD ini kepada Presiden Joko Widodo.

"Presiden memberi waktu 1 bulan. Menjelang kami berangkat ke Malang, beliau minta dipercepat 2 pekan. Ini kerja maraton luar biasa, mudah-mudahan bisa mengungkap semuanya," jelas Sanjoyo.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x