Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Gara-Gara BBM Naik, Inflasi Tahun 2022 Diproyeksi Tembus 6,8 Persen

Kompas.tv - 6 September 2022, 08:59 WIB
gara-gara-bbm-naik-inflasi-tahun-2022-diproyeksi-tembus-6-8-persen
Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Kemenkeu memprediksi inflasi di akhir tahun 2022 bisa mencapai 6,8 persen akibat kenaikan harga BBM. (Sumber: Kontan.co.id/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, tingkat inflasi di Indonesia setelah harga BBM naik berada di kisaran 6,6 persen sampai 6,8 persen.

“Kita sudah hitung 1,9 persen dampaknya dari kenaikan BBM ke inflasi. Kisarannya (tahun ini) inflasi akan ada di 6,6 persen sampai 6,8 persen,” kata Febrio seperti dikutip dari Antara, Senin (5/9/2022).

Angka yang disebut Febrio itu, jelas lebih tinggi dari batas yang ditetapkan pemerintah sebelumnya, yakni sebesar 4 persen sampai 4,8 persen. Sehingga, kenaikan BBM menyumbang inflasi 1,9 persen hingga diprediksi menyebabkan inflasi sampai 6,8 persen.

Baca Juga: 3 Hari Setelah BBM Naik, Tarif Angkutan Umum dari Jakarta hingga Lampung Mulai Ikut Naik

Sebagai informasi, sebelum pemerintah menaikkan BBM, Indonesia tercatat mengalami inflasi sebesar 4,69 persen di bulan Agustus 2022, dibanding Agustus 2021. Sementara jika dibanding inflasi Juli 2022 yang sebesar 4,94 persen, Indonesia tercatat mengalami deflasi.

Namun, Febrio menegaskan pemerintah akan menjaga tingkat inflasi di bawah 7 persen. Yakni melalui terjaganya distribusi dan harga pangan.

“Sampai akhir tahun kita berusaha akan tetap menjaga dengan semua kombinasi tadi yaitu harga pangan terjaga dan distribusinya ada sehingga harapannya (inflasi) bisa di bawah 7 persen di akhir tahun,” ujarnya.

Baca Juga: Setelah Diserbu Pelanggan, Kini SPBU Vivo Naikkan Harga BBM Jadi Lebih Mahal dari Pertalite

Di sisi lain, dengan proyeksi inflasi setinggi itu Kemenkeu "pede" jumlah orang miskin tidak akan bertambah, bahkan justru menurun. Pasalnya, ada bantuan sosial untuk melindungi daya beli kelompok masyarakat 40 persen terbawah.

"Sehingga angka kemiskinannya justru enggak naik, walaupun sudah terjadi kenaikan harga BBM. Kita hitung dengan adanya bansos ini mengakibatkan angka kemiskinan bisa turun sekitar 0,3 persen (tahun ini)," ucap Febrio.

Sebaliknya, jika pemerintah tidak mengucurkan  bansos maka kemiskinan akan bertambah. Karena naiknya harga BBM memicu kenaikan harga-harga lainnya, sehingga biaya hidup meningkat.

"Ini yang kemudian kita hitung bersama-sama. Oh ternyata kalau diberikan bansos, kita bisa sama-sama jaga daya beli khususnya yang miskin dan rentan," tambahnya.



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x