Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Harga Mi Instan Bakal Naik, Ini Besaran Kebutuhan Impor Indonesia untuk Gandum

Kompas.tv - 10 Agustus 2022, 12:06 WIB
harga-mi-instan-bakal-naik-ini-besaran-kebutuhan-impor-indonesia-untuk-gandum
Ilustrasi. Gandum varietas DWR 162 yang dapat tumbuh subur di kawasan antara lereng Gunung Merbabu dan lereng Gunung Telomoyo di Desa Salaran dan Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/8/2003). (Sumber: KOMPAS/EDDY HASBY)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV – Gandum adalah bahan baku untuk membuat mi instan. Ekspor gandum Rusia-Ukraina yang biasanya memasok hingga 40 persen kebutuhan dunia, kini tersendat akibat perang. 

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Kasan Muhri menuturkan, konflik Rusia-Ukraina ini berpotensi membuat Indonesia kehilangan pasokan gandum dari Ukraina. Salah satu dampaknya adalah lonjakan harga mi instan.

“Ukraina merupakan sumber gandum impor terbesar kedua Indonesia,” ujarnya pada Jumat (25/2/2022) lalu.

Untuk mendapatkan substitusi negara produsen gandum, pasti akan susah. Banyak negara-negara lain yang saat ini membutuhkan gandum untuk bahan pangan maupun pakan.

Lantas, bagaimana dampaknya ke Indonesia dan berapa besaran kebutuhan gandum di Indonesia?


 

Berdasarkan data Statista, Indonesia merupakan negara pengonsumsi gandum peringkat ke-14 dunia pada 2021/2022, yaitu sebanyak 10,4 juta ton. Sementara itu, negara pengonsumsi gandum terbesar atau peringkat ke-1 adalah China, yaitu sebanyak 148,5 juta ton.

Lalu, disusul Uni Eropa 107,65 juta ton, India 104,25 juta ton, Rusia 41,5 juta ton, dan Amerika Serikat 30,97 juta ton.

BPS mencatat, angka kebutuhan impor gandum Indonesia pada tahun 2019 sebesar 10,69 ton, kemudian pada tahun 2020 sebesar 10,29 ton, dan pada tahun 2021 sebesar 11,17 ton.

Baca Juga: Penyebab Harga Mi Instan Bakal Naik Tiga Kali Lipat, Adakah Alternatifnya?

Angka kebutuhan impor gandum Indonesia

Tahun lalu, Indonesia paling banyak mengimpor gandum dari Australia (41,58 persen), Ukraina (25,91 persen), Kanada (18,02 persen), Argentina (4,78 persen), dan Amerika Serikat (3,8 persen).

Pada Januari-Mei 2022, angka impor gandum Indonesia menurut data dari Badan Pusat Statistik paling besar dari Australia, yakni sebanyak 1.569,48 ton. Kemudian dari Argentina sebanyak 1.409,03 ton, dari Brazil sebanyak 594,26 ton, Kanada sebanyak 572,61 ton, India sebanyak 115,86 ton, dan Lainnya 98,15 ton.

Rusia dan Ukraina memang tak ada lagi dalam daftar impor Gandum Indonesia, tetapi masalahnya karena negara-negara tersebut mengetahui pasokan dari Rusia dan Ukarina terhambat mereka kemudian mengamankan pasokan gandum dalam negeri masing-masing.

Negara-negara itu juga mengurangi jatah untuk eksporkarena pasokan gandum di pasar internasional terbatas.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebelumnya menyebut, harga mi instan akan naik tiga kali lipat. Kenaikan harga mi instan akan terasa lebih signifikan dari yang terjadi saat ini.

"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum ngga bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) tiga kali lipat," kata Syahrul dalam webinar yang diadakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Senin (8/8/2022).

Sorgum sebagai bahan alternatif

Pemerintah menggadang-gadang sorgum sebagai alternatif pengganti gandum untuk bahan baku pangan. Pemerintah dalam hal ini juga telah menyiapkan lahan untuk pengembangan sorgum.

Pada tahun 2022 ditargetkan ada lahan sorgum seluas 15.000 hektar. Tahun 2023 diperluas menjadi 115.000 hektar, dan tahun 2024 sebesar 154.000 hektar.

Namun, sorgum sebagai bahan alternatif juga mempunya tantangan. Selain biaya tinggi yang harus dibayar pengusaha, sorgum tidak mengandung gluten sehingga tingkat kekenyalan lebih rendah dari tepung terigu yang bahan utamanya gandum.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x