Kompas TV internasional kompas dunia

Putin Surati Negara-Negara yang Sedang Bahas Senjata Nuklir, Begini Isinya

Kompas.tv - 2 Agustus 2022, 10:31 WIB
putin-surati-negara-negara-yang-sedang-bahas-senjata-nuklir-begini-isinya
Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Sumber: Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Penulis : Rofi Ali Majid | Editor : Iman Firdaus

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan mengirim surat kepada negara-negara peserta Konferensi Peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) di Markas PBB, New York.

Seperti dilaporkan Rusia Today, surat dari Putin dikirim pada hari pembukaan konferensi itu, Senin (1/8/2022).

"Rusia secara konsisten mengikuti aturan dan semangat dari Perjanjian. Kewajiban kami di bawah perjanjian bilateral dengan Amerika Serikat, tentang pengurangan dan pembatasan senjata [Nuklir] yang relevan, telah sepenuhnya terpenuhi," kata Putin.

Ia menambahkan, "tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir dan hal itu tak boleh terjadi."

Rusia percaya semua negara yang mengikuti aturan NPT harus memiliki kartu as untuk penggunaan energi nuklir secara damai, tanpa syarat apa pun. 

"Kami siap untuk berbagi pengalaman kami di bidang energi atom dengan mitra kami," imbuh pemimpin Rusia.

Baca Juga: Kemlu RI Tepis Kabar Media Australia soal Working Papper Ditujukan untuk Pakta Militer AUKUS (VII)

Sehari sebelum surat dari Putin dikirimkan, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengajak Rusia untuk bergabung dengan konferensi, guna menggantikan Traktat New START yang segera berakhir pada 5 Februari 2026.

"Negosiasi membutuhkan mitra yang bersedia beroperasi dengan itikad baik. Dalam konteks ini, Rusia harus menunjukkan bahwa mereka siap untuk kembali bekerja pada kontrol senjata nuklir dengan Amerika Serikat," terang Biden.

Traktat New START menjadi satu-satunya perjanjian pengendalian senjata nuklir yang tersisa antara Amerika Serikat dengan Rusia.

Kesepakatan itu nyaris bubar pada awal 2021, tetapi kembali menguat tak lama selepas Biden dilantik menjadi presiden Amerika Serikat, ketika Washington akhirnya menyetujui seruan Moskow untuk memperpanjang kesepakatan, tanpa prasyarat apa pun.

Baca Juga: Asia Tenggara "Dikepung" Negara-Negara Bersenjata Nuklir (II)

 



Sumber : Rusia Today


BERITA LAINNYA



Close Ads x