Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Bocoran Intelijen Inggris: Pasukan Rusia Berkumpul di Dekat Ukraina, Gunakan Peralatan Tempur Usang

Kompas.tv - 10 Juli 2022, 09:42 WIB
bocoran-intelijen-inggris-pasukan-rusia-berkumpul-di-dekat-ukraina-gunakan-peralatan-tempur-usang
Foto ilustrasi tentara Rusia di Ukraina. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Gading Persada

LONDON, KOMPAS.TV - Intelijen Inggris memberikan bocoran mengenai berkumpulnya militer Rusia di dekat Ukraina.

Namun, bala bantuan pasukan Vladimir Putin disebutkan menggunakan peralatan tempur yang usang.

Kementerian Pertahanan Inggris mengungkapkan laporan intelijen tersebut lewat akun Twitter-nya.

“Rusia menggerakan pasukan cadangan dari seluruh negara dan mengumpulkan mereka di dekat Ukraina untuk operasi serangan di masa mendatang,” bunyi pernyataan kementerian tersebut dikutip dari Newsweek.

Baca Juga: PBB: Ukraina Bersalah Jadikan Panti Jompo Perisai Hidup Hadapi Rusia, 56 dari 71 Lansia Tewas

Mereka juga mengungkapkan unit infanteri baru tersebut kemungkinan telah mengerahkan kendaraan lapis baja MT-LB.

Kendaraan tersebut sebelumnya dianggap Rusia sudah sejak lama dianggap tak lagi cocok untuk sebagian besar peran transportasi infanteri garis depan.

“Aslinya kendaraan itu didesain pada 1950-an sebagai traktor untuk membawa artileri, memiliki pelindung terbatas, dan hanya dipasang senapan mesin untuk perlindungan,” bunyi pernyataan kementerian Pertahanan Inggris.

Baca Juga: Rusia Ledek Usaha Inggris Bebaskan Prajuritnya yang Ditahan di Ukraina, Dianggap Tak Serius

Mereka melanjutkan dengan mengatakan sebagai perbandingan, unit serbu eselon pertama Rusia memiliki kendaraan dengan baju besi tebal hingga 33mm.


Selain itu juga memiliki meriam kuat, dan peluncur rudal anti-tank.

“Terlepas dari klaim Presiden (Vladimir) Putin pada 7 Juli 2022, bahwa militer Rusia belum memulai upayanya di Ukraina, banyak dari bala bantuannya adalah pengelompokan sementara yang dikerahkan dengan peralatan using atau tak sesuai,” kesimpulan dari Kementerian Pertahanan Inggris.



Sumber : Newsweek


BERITA LAINNYA



Close Ads x