Kompas TV internasional kompas dunia

Selayang Pandang Krisis dan Ambruknya Ekonomi Sri Lanka

Kompas.tv - 11 Mei 2022, 10:46 WIB
selayang-pandang-krisis-dan-ambruknya-ekonomi-sri-lanka
PM Sri Lanka yang mundur, Mahinda Rajapaksa, terlihat pusing berpikir. Krisis ekonomi terburuk sejak merdeka membuat Sri Lanka ambruk, memicu krisis politik dan kerusuhan di seluruh negeri. (Sumber: Rediff India)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Purwanto

KOLOMBO, KOMPAS.TV — Ekonomi Sri Lanka runtuh seruntuh-runtuhnya pada krisis terburuk sejak negara itu merdeka dari Inggris, mendorong negara itu terjun bebas ke dalam krisis politik yang runyam, seperti dilansir Associated Press, Rabu, (11/5/2022)

Sri Lanka saat ini sungguh kepayahan mengimpor kebutuhan dasar bagi 22 juta penduduknya karena kosongnya cadangan devisa dan utang luar negeri yang menumpuk, memicu protes anti-pemerintah selama berminggu-minggu yang baru-baru ini berubah menjadi kekerasan dan menyebabkan pengunduran diri perdana menteri Mahinda Rajapaksa.

Sebagian besar kemarahan publik mengarah pada Presiden Gotabaya Rajapaksa dan saudaranya, mantan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, yang disalahkan karena dianggap menendang negara itu ke dalam krisis ekonomi.

Baca Juga: Situasi Memanas, Sri Lanka Perintahkan Tembak di Tempat bagi Demonstran yang Merusuh

Massa pendukung klan Rajapaksa bentrok dengan pengunjuk rasa anti-pemerintah Sri Lanka.Krisis ekonomi terburuk sejak merdeka membuat Sri Lanka ambruk, memicu krisis politik dan kerusuhan di seluruh negeri. (Sumber: Straits Times)

Apa Sebab Protes Berminggu-minggu?

Selama berbulan-bulan, warga Sri Lanka harus mengular dalam antrean panjang untuk membeli barang-barang penting karena krisis valuta asing menyebabkan kekurangan makanan impor, obat-obatan dan bahan bakar. Kekurangan minyak juga menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran yang berkepanjangan.

Pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina membuat keadaan Sri Lanka semakin runyam, namun lonceng peringatan akan potensi bencana ekonomi sebenarnya sudah berdentam jauh sebelumnya.

Tahun 2019, Presiden Rajapaksa meraih kekuasaan beberapa bulan setelah bom bunuh diri Paskah di gereja dan hotel yang menewaskan 290 orang.

Serangan itu merusak pariwisata, sumber utama devisa, dan Rajapaksa berjanji untuk menarik Sri Lanka keluar dari keterpurukan ekonomi yang dalam dan menjaganya tetap aman.

Pemerintah Sri Lanka perlu meningkatkan pendapatan, terutama karena utang luar negeri menggelembung untuk proyek-proyek infrastruktur besar, yang beberapa dibiayai oleh pinjaman China. Tetapi hanya beberapa hari kepresidenannya, Rajapaksa mendorong pemotongan pajak terbesar dalam sejarah Sri Lanka.

Langkah ini memicu gebukan palu godam dari pasar global. Kreditur menurunkan peringkat Sri Lanka, menghalangi negara itu untuk meminjam lebih banyak uang karena cadangan devisanya menukik tajam. Segera setelah itu, pandemi Covid-19 menyapu seluruh negeri, makin menghancurkan sektor pariwisata sementara utang luar negeri dan bunganya terus melambung tinggi.

Perang Ukraina juga menaikkan harga pangan dan minyak secara global, membuat impor lebih tidak terjangkau kocek Sri Lanka.

Cadangan devisa negara anjlok hingga ke tingkat di bawah $50 juta dollar. Keadaan tersebut memaksa pemerintah Sri Lanka untuk menangguhkan pembayaran utang luar negeri sebesar $7 miliar dollar yang jatuh tempo tahun ini, sementara hampir $25 miliar jatuh tempo tahun 2026 dari total utang luar negeri sebesar $51 miliar dollar.

Baca Juga: Putra Mantan PM Sri Lanka Mahinda Rajapaksa Jamin Keluarganya Tidak akan Lari ke Luar Negeri

Mahinda Rajapaksa, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri setelah para pendukungnya menyerang pengunjuk rasa anti-pemerintah dan memicu kekerasan berdarah, menyatakan tidak akan meninggalkan negaranya setelah mengundurkan diri, kata putranya, Namal Rajapaksa, Selasa, (10/5/2022) (Sumber: Twitter/Namal Rajapaksa)

Siapakah Kakak Beradik Klan Rajapaksa?

Protes nasional terjadi menuntut pemecatan kakak beradik Rajapaksa, sebuah perubahan nasib yang dramatis bagi dinasti politik paling kuat di Sri Lanka.

Mahinda dan Gotabaya Rajapaksa dielu-elukan sebagai pahlawan oleh mayoritas Buddha-Sinhala di pulau itu karena mengakhiri perang saudara selama 30 tahun melawan pemberontak etnis Tamil pada 2009.

Terlepas dari tuduhan kekejaman perang, mereka punya popularitas tinggi,  Mahinda yang sebagai presiden pada saat itu mengawasi akhir perang, dan Gotabaya, seorang ahli strategi militer yang kampanye brutalnya membantu menghancurkan para pemberontak.



Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x