Kompas TV internasional kompas dunia

Presiden Sri Lanka Menyatakan Tidak Bersedia Mundur, akan Hadapi Krisis Politik dan Ekonomi

Kompas.tv - 7 April 2022, 05:00 WIB
presiden-sri-lanka-menyatakan-tidak-bersedia-mundur-akan-hadapi-krisis-politik-dan-ekonomi
Mantan Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa (tengah) pergi bersama adiknya, Presiden Gotabaya Rajapaksa (kanan) setelah dilantik sebagai perdana menteri tahun 2020. Presiden Gotabaya Rajapaksa hari Rabu, (6/4/2022) menyatakan dia tidak akan mundur dan malah akan menghadapi krisis politik dan ekonomi negara itu. (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena, File)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

KOLOMBO, KOMPAS.TV — Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menyatakan tidak akan mundur dan malah akan menghadapi krisis politik dan ekonomi negara itu.

Hal ini seperti yang disampaikan salah seorang menteri penting pemerintah negara tersebut pada Rabu (6/4/2022) kemarin seperti dilaporkan Associated Press.

Sikap presiden yang tak mundur ini berlangsung di tengah aksi protes besar yang terus berlanjut dan menuntut pengunduran diri sang presiden.

Sri Lanka diketahui mengalami kekurangan parah bahan bakar dan kebutuhan pokok selama berbulan-bulan, dan protes atas masalah ekonomi menyebar ke seluruh negeri dan meluas ke kritik terhadap Presiden Gotabaya Rajapaksa serta keluarganya yang kuat secara politik.

Rajapaksa menolak seruan agar dia mengundurkan diri bahkan setelah anggota koalisinya sendiri mendesaknya untuk mundur minggu ini.

Anggota parlemen partai yang memerintah mengatakan pemerintah sementara harus menggantikannya dan jika tidak melakukannya akan membuat mereka bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.

"Rajapaksa tidak akan mengundurkan diri. Kami akan menghadapi ini. Kami memiliki kekuatan untuk menghadapi ini. Kami tidak takut," kata Menteri Jalan Raya Johnston Fernando kepada Parlemen, Rabu.

Beberapa jam sebelumnya, Rajapaksa mencabut status darurat yang dia nyatakan pekan lalu, menyusul unjuk rasa besar di dekat rumahnya di ibu kota, Kolombo.

Pernyataan keadaan darurat yang dikritik secara luas itu memberi Rajapaksa wewenang besar untuk bertindak melindungi keamanan publik, termasuk menangguhkan undang-undang apa pun, mengizinkan penahanan, dan menyita properti.

Baca Juga: Krisis Ekonomi Sri Lanka Makin Parah, Anggota Parlemen Koalisi Berkuasa Ramai-Ramai Mundur

Dokter pemerintah Sri Lanka memprotes pemerintah di dekat rumah sakit nasional di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 6 April 2022. Plakat bertuliskan Tidak ada obat, Layanan kesehatan dalam bahaya. (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena, File)

Gambar TV dan media sosial dari hari Senin (4/4) menunjukkan pengunjuk rasa menyerbu ke kantor dan rumah anggota parlemen partai yang memerintah dan merusak beberapa tempat.

Anggota parlemen mendesak ketua parlemen untuk memastikan keselamatan mereka, dan Fernando mengatakan mereka siap.

“Kami siap menghadapi mereka jika ada yang datang menyerang kami,” kata Fernando di parlemen.

Protes berlanjut hari Rabu kemarin di banyak bagian negara yang menuntut agar Rajapaksa mundur.

Di Kolombo, ratusan dokter menggelar pawai protes mendesak pemerintah mengatasi kekurangan obat-obatan di rumah sakit yang dikelola negara, sementara anggota parlemen oposisi berdemonstrasi di Parlemen menuntut agar Rajapaksa mengundurkan diri.

Protes menyebabkan 10 menit penangguhan kerja Parlemen.




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x