Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

China Bantah Minta Rusia Tunda Invasi Ukraina hingga Olimpiade Beijing Usai

Kompas.tv - 3 Maret 2022, 20:45 WIB
china-bantah-minta-rusia-tunda-invasi-ukraina-hingga-olimpiade-beijing-usai
Presiden China Xi Jinping (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu di Beijing, China, 4 Februari 2022. (Sumber: Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Hariyanto Kurniawan

BEIJING, KOMPAS.TV – China mengecam sebuah laporan yang menyebut pihaknya meminta Rusia untuk menunda invasi ke Ukraina hingga gelaran Olimpiade Musim Dingin Beijing.

China menyebut laporan itu sebagai 'berita palsu' dan merupakan 'upaya amat hina untuk mengalihkan perhatian dan kesalahan atas konflik tersebut'.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin juga mengulang tuduhan China, bahwa Washington telah memprovokasi perang dengan tidak menyampingkan keanggotaan NATO untuk Ukraina.

“Laporan The New York Times (NYT) itu murni berita palsu, dan perilaku mengalihkan perhatian dan kesalahan itu sungguh amat hina,” ujar Wang, dilansir Associated Press, Kamis (3/3/2022).

Baca Juga: Ukraina dan Rusia Gelar Perundingan Putaran Kedua di Belarusia Petang Ini

Artikel NYT itu mengutip ‘laporan intelijen Barat’ yang dianggap kredibel.

“Laporan itu mengindikasikan bahwa para pejabat senior China memiliki sejumlah tingkat pengetahuan langsung tentang rencana perang Rusia atau maksud sebelum invasi itu dimulai pekan lalu,” tulis NYT.

NYT menyatakan, tak jelas apakah komunikasi tentang invasi itu terjadi antara Xi dan Putin atau di tingkat lebih bawah. Namun, laporan intelijen menyebut bahwa “para pejabat senior China memiliki sejumlah tingkat pengetahuan langsung tentang rencana perang Rusia atau maksud sebelum invasi itu dimulai pekan lalu”.

“Kami harap pelaku krisis akan merefleksikan peran mereka dalam krisis Ukraina, mengambil tanggung jawab mereka, dan mengambil tindakan praktis untuk meredakan situasi dan memecahkan masalah, alih-alih menyalahkan orang lain,” tutur Wang pada para jurnalis di Beijing, Kamis (3/3).

Baca Juga: Orang Kaya Rusia Mulai Kesal dengan Putin, Peluang Berkhianat Kian Besar

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan mitra Chinanya, Xi Jinping di Beijing pada 4 Februari, beberapa jam sebelum upacara pembukaan Olimpiade Beijing.

Menyusul kesempatan itu, kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan gabungan yang mendeklarasikan bahwa ‘persahabatan antara kedua negara tidak memiliki batas, tak ada area kerja sama yang terlarang’. 

Dalam pernyataan itu, China juga mendukung penentangan Rusia untuk ekspansi NATO lebih lanjut dan menuntut agar “menghormati kedaulatan, keamanan, dan kepentingan negara lain”. 

Sementara Rusia, pada bagiannya, menegaskan kembali dukungannya untuk klaim China atas Taiwan, pulau berpemerintahan sendiri yang diancam Beijing untuk dicaplok paksa jika perlu.

Rusia melancarkan serangan ke Georgia selama Olimpiade Musim Panas Beijing pada 2008, hingga membuat murka sejumlah pimpinan dan publik China.

Baca Juga: Petani Ukraina Rebut Sistem Rudal Rusia Seharga Rp231 Miliar, Langsung Dibakar Olehnya

China adalah satu-satunya pemerintahan utama yang tidak mengkritik serangan Moskow atas Ukraina. China juga tak bergabung dengan AS dan Eropa yang menjatuhkan sanksi keuangan pada Rusia.

Malah, Beijing ikut mendukung argumen Rusia bahwa keamanan Moskow terancam dengan ekspansi NATO ke timur.

Pada Rabu (2/3), China abstain dalam pemungutan suara Majelis Umum PBB sesi darurat untuk menuntut penghentian segera serangan Moskow terhadap Ukraina dan penarikan seluruh pasukan Rusia.
 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x