Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Perang Lewat TikTok: Cara Baru Propaganda dan Disinformasi Rusia untuk Invasi Ukraina

Kompas.tv - 26 Februari 2022, 22:02 WIB
perang-lewat-tiktok-cara-baru-propaganda-dan-disinformasi-rusia-untuk-invasi-ukraina
Tahun 2014, Rusia membanjiri internet dengan akun palsu yang mendorong disinformasi tentang pengambilalihan Krimea. Delapan tahun berlalu, para ahli mengatakan Rusia melakukan upaya yang jauh lebih canggih saat menginvasi Ukraina, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (26/2/2022). (Sumber: Daily Star)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

MOSKOW, KOMPAS.TV - Video TikTok Rusia punya semuanya, yakni kucing, anak anjing, dan latar belakang lucu yang seru, mudah dimengerti, dan sepertinya bukan bahan propaganda negara. Tapi jangan salah!

Tahun 2014, Rusia membanjiri internet dengan akun palsu yang mendorong disinformasi tentang pengambilalihan Krimea. Delapan tahun kemudian, para ahli mengatakan Rusia melakukan upaya yang jauh lebih canggih saat menginvasi Ukraina. Begini ceritanya, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (26/2/2022).

Pasukan troll dan bot di TikTok bekerja membakar sentimen anti-Ukraina. Outlet media yang dikendalikan negara berupaya memecah belah khalayak Barat. Video TikTok yang cerdas menyajikan nasionalisme Rusia dengan sisi humor.

Upaya tersebut keluar dari gudang senjata Rusia, dengan tujuan membentuk opini melalui pertempuran disinformasi, yang diatur bersama pasukan dan senjata yang sebenarnya.

Dalam video kucing, seekor anak anjing husky yang diidentifikasi dengan bendera Amerika Serikat dimasukkan secara digital menggesek ekor kucing yang diidentifikasi dengan bendera Rusia. Kucing itu merespons dengan pukulan ganas yang membuat anjing malang itu lari terkaing-kaing.

Klip yang telah dilihat 775.000 kali dalam dua minggu ini, adalah karya akun bernama Funrussianprezident yang memiliki 310.000 pengikut. Hampir semua videonya menampilkan konten pro-Rusia.

“Itu bisa saja orang Rusia patriotik biasa yang memperjuangkan hal-hal baik seperti yang mereka lihat, atau bisa saja (video itu) dengan mudah diduga berafiliasi langsung dengan negara,” kata Nina Jankowicz, peneliti disinformasi dan pakar Eropa Timur di Wilson Center di Washington.

“Rusia menyempurnakan taktik ini, dan sekarang mereka memanfaatkannya dalam peperangan.

Baca Juga: Ukraina Minta Palang Merah Internasional Bantu Pulangkan Ribuan Mayat Tentara Rusia

Tahun 2014, Rusia membanjiri internet dengan akun palsu yang mendorong disinformasi tentang pengambilalihan Krimea. Delapan tahun berlalu, para ahli mengatakan Rusia melakukan upaya yang jauh lebih canggih saat menginvasi Ukraina, diantaranya dengan TikTok, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (26/2/2022). (Sumber: AP Photo/Michael Probst, File)

Analis di beberapa organisasi penelitian berbeda yang dihubungi oleh The Associated Press mengatakan, mereka melihat peningkatan tajam aktivitas online oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan negara Rusia.

Itu sesuai dengan strategi Rusia menggunakan media sosial dan outlet yang dikelola negara untuk menggalang dukungan domestik sambil berusaha untuk mengacaukan aliansi Barat.

Di seluruh internet, ada peningkatan pesat dalam akun mencurigakan yang menyebarkan konten anti-Ukraina, menurut laporan dari Cyabra, sebuah perusahaan teknologi Israel yang bekerja untuk mendeteksi disinformasi.

Analis Cyabra melacak ribuan akun Facebook dan Twitter yang baru-baru ini memposting tentang Ukraina. Para peneliti melihat peningkatan konten anti-Ukraina yang tiba-tiba dan dramatis pada hari-hari sebelum invasi.

Pada Hari Valentine, misalnya, jumlah posting anti-Ukraina yang dibuat oleh sampel akun Twitter melonjak 11.000 persen jika dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya.

Analis percaya sebagian besar akun tidak autentik dan dikendalikan oleh kelompok yang terkait dengan pemerintah Rusia.

“Ketika Anda melihat peningkatan 11.000 persen, Anda tahu sesuatu sedang terjadi,” kata CEO Cyabra Dan Brahmy. “Tidak ada yang tahu siapa yang melakukan ini di belakang layar. Kami hanya bisa menebak.”

Pengerjaannya sudah berlangsung beberapa waktu.

Baca Juga: Kemlu Perbarui Data WNI di Ukraina: Total Sebanyak 153, Sebagian Besar Berada di Kiev

Para peneliti di Laboratorium Penelitian Forensik Digital Dewan Atlantik atau Atlantic Council's Digital Forensic Research Lab menganalisis 3.000 artikel oleh 10 outlet berita milik negara Rusia. Mereka melihat peningkatan besar dalam klaim tak berdasar bahwa Ukraina siap menyerang kelompok separatis.

Secara keseluruhan, klaim media Rusia tentang agresi Ukraina melonjak 50 persen pada bulan Januari, menurut penelitian tersebut.



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x