Kompas TV regional agama

MUI Jember Buka Suara soal Ritual Maut di Pantai Payangan yang Berujung Belasan Orang Tewas

Kompas.tv - 15 Februari 2022, 15:17 WIB
mui-jember-buka-suara-soal-ritual-maut-di-pantai-payangan-yang-berujung-belasan-orang-tewas
Tim gabungan yang melakukan proses pencarian dan evakuasi korban tenggelam di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022). MUI Jember buka suara terkait ritual maut yang berujung maut di pantai Payangan itu (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember KH Abdul Haris angkat bicara terkait dengan ritual maut di Pantai Payangan yang menewaskan belasan orang warga. 

Ritual Maut yang dilakukan Kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan pada Minggu dini hari lalu (13/2/2022) yang mengakibatkan 24 orang terseret ombak, dan belasan orang dalam ritual tersebut tewas dihantam ombak tinggi.

Menurut Abdul Haris, dari sisi bacaan tidak ada yang aneh dalam ritual tersebut. Tapi, menjadi aneh jika hal baik tersebut justru dilakukan di pantai.

Apalagi, Pantai Payangan sedang dalam ombak besar dan menurut keterangan, lanjut dia, sudah dilarang oleh otoritas setempat.

"Kalau dari sisi bacaan selawat tidak ada yang aneh, kemudian menjadi aneh ketika ritual dilaksanakan di pantai, apalagi ketika ombak besar, dan konon katanya sudah dilarang. Itu yang jadi masalah," kata dia seperti dikutip KOMPAS.TV dari Antara, Selasa (15/2/2022).

MUI Jember mengaku, pihaknya baru mengetahui kelompok tersebut setelah tragedi maut yang terjadi di Pantai Payangan Jember pada Minggu (13/2), sehingga pihaknya tidak punya banyak data terkait dengan ritual yang dilakukan Padepokan Tunggal Jati Nusantara.

"Kami coba menelusuri dari video yang sudah viral dan teman-teman di Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi. Dari tayangan video itu, kami menegaskan bahwa dari sisi bacaan tidak ada yang aneh," tuturnya.

Menurutnya, Pantai Payangan yang dijadikan lokasi ritual menjadi masalah karena seakan-akan kelompok tersebut memiliki keyakinan bahwa ritual yang dilakukan di pantai lebih bagus dibandingkan tempat yang lain.

"Padahal, sesuai ajaran agama Islam sudah jelas bahwa tempat istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dalam segala hal adalah masjid dan tempat ibadah," katanya.

Lantas, ia menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan Komisi Fatwa untuk melakukan wawancara dan mencari data terkait Kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara di Dukuh Mencek.

"Bisa jadi orang-orang di kelompok itu serius punya sesuatu yang diajarkan kepada orang lain, namun kami belum bisa menjawab hal itu, karena kami masih kumpulkan data dan informasi," ujarnya.

Baca Juga: 5 Fakta Nur Hasan, Pimpinan Ritual di Pantai Payangan yang Berujung Maut

Ritual Maut di Pantai Payangan Menurut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa

Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan kejadian ritual di Pantai Payangan itu mengingatkan kembali terkait adanya fenomena patologi sosial yang banyak terjadi di masyarakat.

Patologi sosial, yakni penyakit sosial atau gejala sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat baik, yang ingin cepat kaya, ingin digdaya, dan lain- lain, yang ingin cepat tercapai tujuannya.

Baca Juga: Viral di Media Sosial! Video Diduga Ritual Sebelum Insiden Ombak Sapu Peserta di Pantau Payangan

Patologi sosial yang terjadi di masyarakat, lanjutnya, salah satunya keinginan cepat kaya secara instan, ingin tercapai segala cita-citanya melalui langkah pendek, sehingga pihaknya ingin mengajak perguruan tinggi untuk hadir menjadi bagian dalam mencari solusi dari fenomena tersebut.

"Saya menyarankan, jika punya masalah dan ingin mendekat kepada Allah SWT, sebaiknya berzikir dan mencari tempat yang tenang, bukan tempat yang berbahaya," tandas Khofifah. 

 




Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x