Kompas TV nasional agama

The Political Literacy: Gus Yahya Menjaga NU dari Kepentingan Politik Praktis dan Politik Identitas

Kompas.tv - 2 Januari 2022, 14:57 WIB
the-political-literacy-gus-yahya-menjaga-nu-dari-kepentingan-politik-praktis-dan-politik-identitas
Muhammad Hanifudin dari The Political Literacy menilai, Gus Yahya akan menjaga NU dari godaan politik praktis dan politik identitas. (Sumber: kompas.tv/dedik priyanto)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti politik Islam dari The Political Literacy, Muhammad Hanifudin, menilai usaha Gus Yahya yang baru terpilih sebagai ketua Tanfidziyah atau Ketua Umum PBNU untuk menghindarkan NU dari politik, tidak akan mudah.

Meski begitu, Hanif yakin konsep Gus Yahya yang berlatar khittah NU akan bisa diterima, khususnya oleh kalangan partai politik (parpol).

Gus Yahya, menurut Hanif, bahkan akan menjaga NU dari kepentingan politik praktis, sekaligus politik identitas yang kerap hadir, khususnya dalam momen elektoral.

“Gus Yahya berulang kali menegaskan komitmen kepada khittah NU. Menjaga NU dari kepentingan politik praktis. Bentuk kongkritnya, tidak ada calon wakil presiden atau wakil presiden dari PBNU,” paparnya kepada KOMPAS TV via pesan Whatsapp, Jumat lalu (31/12/2021).

Hanif lantas menjelaskan, Gus Yahya kerap menyinggung tentang polarisasi yang terjadi menjelang dan setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang dinilai sebagai salah satu efek dari politik identitas.

“Belajar dari Pilpres 2019, politik identitas berimbas pada polarisasi di basis masyarakat. Hal ini bukan kerugian bagi warga nahdliyin semata, tetapi juga bagi keutuhan bangsa Indonesia,” paparnya.

Baca Juga: Gus Yahya Bikin Parpol Berpikir Ulang untuk Dekati PBNU demi Politik

Secara tidak langsung, pernyataan Gus Yahya seperti dikutip Hanif, adalah ajakan bagi parpol untuk  berbenah diri.

Hanif lantas meminta, parpol untuk mengurangi kecenderungan politik identitas. Sebaliknya, kata Hanif, harusnya parpol mendorong politik rasionalitas.

"Saat ini tentangannya adalah politik berbasis rasionalitas, bukan identitas," paparnya.

Kedekatan identitas saja tidaklah cukup, menurut Hanif. Termasuk kedekatan identitas nahdliyin yang melekat pada partai PKB dan PPP.

“Karena itu, PKB dan PPP yang selama ini merasa dekat dengan PBNU, perlu mengatur ulang strategi untuk dapat menggait suara warga nahdliyin," tutupnya.

Baca Juga: Gus Yahya Duduk Bersimpuh Depan Sinta Nuriyah Wahid, Didoakan Manfaat Tidak Hanya bagi NU Saja

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x