Kompas TV internasional kompas dunia

Distribusi Bahan Bakar di Ibu Kota Haiti Harus Seizin Geng, Pemerintah Tak Berkutik

Kompas.tv - 13 November 2021, 09:54 WIB
distribusi-bahan-bakar-di-ibu-kota-haiti-harus-seizin-geng-pemerintah-tak-berkutik
Soerang petugas bersenjata mengawal pengisian bahan bakar dari truk tangki di sebuah SPBU di Port-au-Prince, Haiti, 31 Oktober 2021. (Sumber: Matias Delacroix/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV - Geng Haiti kembali menunjukkan kekuasaannya dengan memblokade distribusi bahan bakar minyak di ibu kota negara itu. Blokade ini membuat Port-au-Prince menghadapi krisis bahan bakar.

Krisis tersebut melanda layanan rumah sakit hingga perusahaan air minum.

Pada Jumat (12/11/2021), blokade sementara dicabut oleh geng yang dikenal paling kuat di Haiti, G9. Hal tersebut diumumkan oleh pemimpin G9, Jimmy “Barbecue” Cherizier dalam konferensi pers.

“Kami meminta (Pelabuhan) Varreux untuk membuka pintu selebar-lebarnya siang ini, agar bahan bakar bisa dikeluarkan tanpa perlu khawatir,” kata Jimmy dikutip Associated Press.

Menurut pantauan Associated Press, segera setelah pengumuman Jimmy, dua truk tangki mengisi bahan bakar di pelabuhan tanpa hambatan.

Akan tetapi, Jimmy menyebut kelonggaran ini hanya akan berlangsung sepekan. Setelah itu, G9 akan melanjutkan blokade hingga tuntutan dikabulkan.

Baca Juga: Ancaman Mengerikan Geng Haiti yang Culik 17 Misionaris AS, Siap Membunuh jika Tebusan Tak Dibayar

G9 menuntut Perdana Menteri Ariel Henry mundur. Jimmy menuduhnya terlibat pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 7 Juli silam.

Untuk menekankan tuntutannya, G9 pun memblokade pelabuhan dan menghambat distribusi bahan bakar di seluruh Port-au-Prince sejak bulan lalu.

Kekerasan geng Haiti meningkat seiring krisis ekonomi dan politik beberapa bulan belakangan. Pembunuhan Presiden Jovenel Moise dan gempa besar pada Agustus disebut memicu krisis Haiti.

Pemerintah dan polisi pun terlihat tak berdaya menghadapi aksi geng di negara itu.

Geng diperkirakan mengontrol sekitar 40 persen wilayah Port-au-Prince. Banyaknya geng pun membuat pertempuran antarkelompok bersenjata sering pecah di Port-au-Prince.

Geng disebut bertanggung jawab atas sederet aksi kriminal di Port-au-Prince, termasuk pembunuhan dan penculikan 17 misionaris asal Amerika Serikat.

James Boyard, professor ilmu politik dari Universitas Negeri Haiti, menyebut geng-geng itu tadinya didanai oleh politisi dan pebisnis sebelum berkembang tak terkontrol.

“Situasi ini di luar kontrol. Mereka membuat geng terlalu kuat. Sekarang mereka diteror. Mereka tidak tahu bahwa semuanya akan di luar kontrol,” kata Boyard.

Baca Juga: Penjarahan Bikin Situasi di Haiti Kacau dan Rusuh, Dipicu Tidak Adanya Bantuan bagi Korban Gempa

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x