Kompas TV nasional peristiwa

Sumpah Pemuda: Didik Rakyat dengan Pergerakan, Didik Penguasa dengan Perlawanan

Kompas.tv - 27 Oktober 2021, 10:15 WIB
sumpah-pemuda-didik-rakyat-dengan-pergerakan-didik-penguasa-dengan-perlawanan
Poster pameran "Lawan"  (Sumber: Museum Sumpah Pemuda
museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kalimat "Didik Rakyat dengan Pergerakan, Didik Penguasa dengan Perlawanan" yang diucapkan oleh tokoh pers dan pergerakan Marco Kartodikromo itu, terpampang di dinding ruang pameran dengan tajuk "Lawan".

Pameran untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93 itu, digelar secara daring dan luring, di M Bloc Space, Jakarta Selatan 22-31 Oktober. Pameran yang digagas oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, itu mengambil perjuangan tokoh pers, sebagai salah satu pilar penting Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Menurut catatan dalam pameran, para tokoh sumpah pemuda sebagian besar bekerja sebagai seorang jurnalis yang sifatnya melawan pemerintah kolonial Belanda. 

Baca Juga: 10 Link Twibbon Peringati Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021 dan Cara Membuatnya

"Selain menyuguhkan informasi mengenai peranan tokoh pers dalam Sumpah Pemuda, pameran ini juga menyajikan koleksi yang dimiliki Museum Sumpah Pemuda terkait tokoh pers, nilai sejarah peristiwa Sumpah Pemuda, dan tokoh – tokoh pers yang terlibat dalam peristiwa Sumpah Pemuda," demikian catatan dalam situs resmi pameran, museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id.

Dalam ruang pamer, pengunjung akan disuguhi catatan dan sejarah perjuangan para anak muda itu, seperti Soewardi Soerjaningrat yang aktif menulis di De Express, Tjipto Mangoenkusumo dan Douwes Dekker. 

Dipamerkan pula koran-koran lama yang pernah terbit di awal abad XX, yang menandai benih-benih pergerakan nasional, seperti Medan Priaji, Persatuan Indonesia beseta foto-foto yang menggambarkan persiapan hingga kongres Pemuda itu berlangsung.

Tema "Lawan" dalam pameran ini, beranjak dari imajinasi kaum terdidik tentang nasionalisme. Bahasa Indonesia merajutnya menjadi sebuah ikatan atas dasar persamaan nasib di tanah jajahan. 

"Gagasan berbangsa Indonesia mengemuka, dituangkan dalam lembaran berita bernada kebangsaan. Akibatnya, penjajah tak suka dan menurut mereka ini berbahaya. Lawan! Pemuda dan pemudi bergerak menyuarakan. Pers sebagai alat perlawanan dan perjuangan menggagas Indonesia sebagai bangsa yang ingin merdeka," demikian alasan mengapa pameran ini bertajuk "Lawan" yang mengingatkan juga pada teriakan para demonstran masa kini.

Baca Juga: Sambut Sumpah Pemuda Dengan Peragaan Busana Limbah Tenun Ikat NTT

Gagasan Indonesia merdeka itu tumbuh menjadi suatu tujuan utama mengakar dalam pikiran bumiputra terdidik. Pemuda menjadi pelopor dan mencetuskan ikrar “Sumpah Pemuda” sebagai pemantik ide persatuan dan kesatuan tekad melawan kolonialisme.

      



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x