Kompas TV nasional peristiwa

Selain Mitigasi Bencana, Rain Water Harvesting Juga Perlu Dilakukan saat Hujan Lebat

Kompas.tv - 16 September 2021, 07:12 WIB
selain-mitigasi-bencana-rain-water-harvesting-juga-perlu-dilakukan-saat-hujan-lebat
Ilustrasi hujan lebat. (Sumber: scroll.in)
Penulis : Aryo Sumbogo | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perkiraan cuaca oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), untuk beberapa hari ke depan menunjukan adanya potensi hujan lebat disertai petir hingga angin kencang.

Oleh sebab itu, langkah mitigasi bencana akibat hujan lebat kemudian menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Namun, Pakar Klimatologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Emilya Nurjani mengatakan, upaya antisipasi bencana saat hujan lebat dapat pula dimulai dari rumah sendiri.

Upaya tersebut ialah rain water harvesting atau menampung air hujan yang jatuh di atap rumah lewat talang dan ditampung dalam sebuah penampungan.

 

Rain water harvesting

Dengan membuat teknologi rain water harvesting, rumah dapat menyimpan dan menggunakan air hasil tampungan hujan untuk keperluan mencuci, mandi, maupun pengisian kolam.

Langkah tersebut bisa digunakan untuk mengurangi terbuangnya air hujan menjadi air larian yang berpotensi menyebabkan genangan.

Dosen Fakultas Geografi UGM tersebut pun menjelaskan, teknologi rain water harvesting dapat dilakukan cukup dengan menyediakan sumur resapan atau biopori.

"Masyarakat juga bisa membuat sumur resapan bersama atau membersihkannya (jika sudah ada) sehingga tebal air hujan yang ditampung bisa lebih banyak," sarannya seperti dikutip dari laman UGM, Rabu (15/9/2021).

 

Lebih lanjut, Emilya tak lupa untuk membagikan langkah-langkah mitigasi bencana akibat hujan lebat yang dibaginya menjadi dua, yaitu mitigasi struktural dan non-struktural.

Mitigasi struktural

Mitigasi struktural merupakan langkah pengurangan risiko bencana melalui rekayasa teknis bangunan tahan bencana yang terdiri atas beberapa upaya berikut:

  1. Membersihkan sampah yang ada di selokan dan sungai untuk meningkatkan volume tangkapan sungai saat hujan.
  2. Memperbaiki tanggul baik tanggul beton atau tanggul alam sungai agar debit air sungai tidak meluap.
  3. Memperbaiki pintu air bendung untuk pengaliran ke saluran irigasi.
  4. Memperkuat zona perakaran tanaman di tebing bukit.

"Selain itu, juga membangun tebing tembok untuk mengurangi bahaya longsor di lereng-lereng yang berpotensi longsor," ujar Emilya.

Mitigasi non struktural

Upaya mitigasi non-struktural lebih merujuk pada sosialisasi hingga pemberdayaan masyarakat secara bersama-sama terkait peran relawan, regulasi, dan peraturan dalam meminimalisasi potensi bencana.

Lalu, langkah-langkah yang dapat disiapkan sebagai bentuk upaya mitigasi non-struktural di antaranya yakni:

  1. Ada regulasi atau peraturan (SOP) yang menyangkut tugas yang harus dilakukan dan di wilayah mana, termasuk sumber pendanaan.
  2. Sosialisasi kepada masyarakat setempat yang memiliki potensi terdampak ataupun tidak untuk lebih peduli terhadap upaya mitigasi dan adaptasi.

"Pemerintah perlu membangun teknologi untuk mitigasi dan adaptasi karena dengan peningkatan kapasitas maka risiko bencana akan berkurang," terangnya.



Sumber : ugm.ac.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x