Kompas TV internasional kompas dunia

Mahasiswa Afghanistan Kembali ke Kampus dengan Partisi untuk Pria dan Wanita

Kompas.tv - 7 September 2021, 12:49 WIB
mahasiswa-afghanistan-kembali-ke-kampus-dengan-partisi-untuk-pria-dan-wanita
Perempuan Afghanistan berkumpul untuk menuntut hak-hak mereka di bawah pemerintahan Taliban dalam sebuah protes di Kabul, Afghanistan, Jumat, 3 September 2021. Pada Senin, 6 September 2021, mahasiswa kembali ke kampus dengan dilakukan pemisahan antara mahasiswa perempuan dan laki-laki. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Purwanto

ISLAMABAD, KOMPAS.TV – Setelah Taliban kembali berkuasa, mahasiswa Afghanistan kembali belajar di kampus-kampus. Namun demikian, terlihat suasana yang berbeda di kampus. Di sejumlah tempat, kelas-kelas dipasangi tirai untuk memisahkan mahasiswa pria dan wanita.

Para dosen dan mahasiswa di kota-kota terbesar Afghanistan, yaitu Kabul, Kandahar dan Herat, mengatakan bahwa mahasiswi dipisahkan dari mahasiswa di dalam kelas. Mereka diajari secara terpisah atau hanya dibolehkan beraktivitas di tempat-tempat tertentu di dalam kampus.

Seorang profesor jurnalistik di Universitas Herat di barat Afghanistan mengatakan, dia memutuskan untuk membagi kelas menjadi dua, pertama mengajar mahasiswi dan kemudian mahasiswa.

Dari 120 peserta untuk materi pelajarannya, kurang dari seperempatnya yang muncul di ruang kelas pada Senin (6/9/2021). Sebagian mahasiswa dan dosen telah meninggalkan Afghanistan, dan nasib sektor media swasta yang berkembang pesat di negara itu tiba-tiba menjadi tidak jelas.

Baca Juga: Taliban Dituduh Bunuh Polwan Afghanistan yang Sedang Hamil

"Mereka sangat gugup hari ini," kata profesor itu. "Saya katakan pada mereka untuk tetap datang dan tetap belajar, dan dalam beberapa hari ke depan pemerintah baru akan menetapkan peraturan," ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Sher Azam, dosen berusia 37 tahun di sebuah universitas swasta di Kabul, mengatakan institusinya telah memberi opsi kepada pengajar, yaitu mengajar di dua kelas yang terpisah atau memasang partisi di ruang kelas.

Namun dia mengkhawatirkan jumlah mahasiswa yang datang untuk kuliah lagi, mengingat krisis ekonomi yang dihadapi Afghanistan sejak kemenangan Taliban.

"Saya tidak tahu berapa banyak mahasiswa yang akan kembali untuk belajar, karena ada masalah finansial dan sebagian dari mereka berasal dari keluarga yang kehilangan pekerjaan".

Ketika Taliban berkuasa pada 1996-2001, perempuan dilarang bersekolah atau bekerja. Dengan tetap diizinkannya perempuan bersekolah dalam rezim Taliban saat ini, apa yang terlihat di perguruan tinggi dan sekolah di negara itu akan dipandang oleh negara lain sebagai bukti bahwa hak-hak perempuan dipenuhi oleh Taliban.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x