Kompas TV internasional kompas dunia

Cerita Masyarakat Nanshan, Jejak Diaspora Indonesia di Fujian China

Kompas.tv - 12 Agustus 2021, 19:58 WIB
cerita-masyarakat-nanshan-jejak-diaspora-indonesia-di-fujian-china
Komunitas Nanshan merupakan sebuah permukiman bagi warga China perantauan yang kembali dari luar negeri, khususnya dari Bali, bersama keluarga mereka. (Sumber: Xinhua)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

FUJIAN, KOMPAS.TV - Di tengah terik matahari musim panas, Fu Ruichang yang berusia 50 tahun tampak sibuk memanggang babi guling di luar restoran mungilnya yang terletak di Komunitas Nanshan di Kota Quanzhou, Provinsi Fujian, China timur.

Seperti dilansir Antara, Kamis, (12/8/2021), lelaki paruh baya itu tampak mengabaikan keringat yang mengucur deras di tubuhnya untuk menyiapkan hidangan khas Pulau Bali kepada puluhan siswa asing yang menjadi pelanggannya.

Bagi Fu, menyajikan kebudayaan Indonesia melalui makanan adalah sebuah kebahagiaan.

Komunitas Nanshan merupakan sebuah permukiman bagi warga China perantauan yang kembali dari luar negeri, khususnya dari Bali, bersama keluarga mereka.

Lebih dari 500 orang di antaranya kini tinggal di komunitas tersebut.

Pemandangan yang ditemui di komunitas itu akan mengingatkan orang pada keindahan alam Bali, saat pohon palem, nangka dan tanaman tropis lainnya tumbuh subur di antara gedung-gedung apartemen dengan puncak segitiga merah.

Lahir dan tumbuh di Quanzhou, Fu mempelajari keterampilan kuliner Indonesia dari orang tuanya, yang menghabiskan beberapa dekade pertama dalam hidup mereka di Bali.

Fu merasa yakin dengan masakannya. Pernah suatu kali, seorang warga Indonesia datang ke restoran miliknya dan mengatakan bahwa masakan Fu memiliki rasa yang sama dengan cita rasa tradisional Indonesia.

Nanshan dan Bali memiliki hubungan yang erat.

Sebelum pandemi Covid-19, berbagai bahan dan rempah-rempah dalam hidangan Fu diimpor langsung dari Indonesia.

Baca Juga: Cerita Ramadan dari Diaspora Indonesia di Mekkah

Komunitas Nanshan merupakan sebuah permukiman bagi warga China perantauan yang kembali dari luar negeri, khususnya dari Bali, bersama keluarga mereka. (Sumber: China Daily)

Dahulu kala, rempah-rempah menjadi komoditas ekspor penting bagi Indonesia di sepanjang Jalur Sutra Maritim.

Pada 25 Juli tahun ini, Quanzhou, kampung halaman Fu yang juga menjadi titik awal jalur kuno tersebut, diresmikan sebagai warisan dunia ke-56 China lantaran perdagangan maritimnya yang makmur selama abad ke-10 hingga ke-14.

Sejak periode itu, warga China dari beberapa generasi merantau dan mencari nafkah di luar negeri.

Pada 1961, Cai Jinji yang kala itu berusia 19 tahun menaiki kapal dari Pulau Bali bersama ratusan warga China lainnya lalu bermukim di Quanzhou, kampung halaman bagi banyak warga China perantauan.

Sejak saat itu, Komunitas Nanshan pun terbentuk.

Enam puluh tahun kemudian, Cai Jinji masih lancar berbicara Bahasa Indonesia.

Setelah pensiun, pria tersebut kerap mengajarkan bahasa tersebut kepada anak-anak di Nanshan selama libur sekolah.

Tidak saja dengan bahasa, warga Nanshan mengingat Indonesia melalui banyak cara.

Banyak di antara mereka memakai batik dan sarung, pakaian tradisional Indonesia dengan motif aneka warna.




Sumber : Kompas TV/Antara/Bali Post


BERITA LAINNYA



Close Ads x