Kompas TV nasional peristiwa

BMKG Minta Kemensos Antisipasi Potensi Gempa dan Tsunami Setinggi 28 Meter di Pacitan

Kompas.tv - 22 Juli 2021, 14:21 WIB
bmkg-minta-kemensos-antisipasi-potensi-gempa-dan-tsunami-setinggi-28-meter-di-pacitan
Ilustrasi Tsunami (Sumber: Pixabay)
Penulis : Hedi Basri | Editor : Iman Firdaus

PACITAN, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi,  dan Geofisika (BMKG) ingatkan potensi gempa dan tsunami di Pacitan, Jawa Timur, yang diperkirakan bisa mencapai 25-28 meter.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi tersebut lantaran dalam peta, Kabupaten Pacitan dekat dengan teluk yang mengumpulkan tenaga gelombang tinggi dan relatif dekat dengan letak episentrum gempa. Sehingga dapat dikatakan menjadi zona merah.

“Misalnya peta daerah Pacitan, Jawa Timur, warna merah menunjukkan gelombang tinggi 10-14 meter, semakin merah semakin tinggi pula gelombang, warna kuning gelombang 2-3 meter, serta warna hijau gelombang setengah meter, ” ujar Dwikorita, seperti dilansir dari ANTARA, Rabu (21/7/2021).

Baca Juga: Gempa Bumi Terkini 5,6 M Guncang Laut Banda Maluku, Terasa Hingga ke Sorong Papua

Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan bahwa ada 10 kajian ilmiah terkait prediksi bencana dan dijabarkan dalam sebuah peta. Demikian untuk memudahkan memahami dengan tiga warna yakni merah, kuning dan hijau.

Adapun kasus Kabupaten Pacitan, akses zona merah menuju zona hijau kemungkinan tercepat melalui sungai yang mengalir.

Sayangnya, lanjut Dwikorita, jika terjadi tsunami, sungai tersebut berpotensi menambah dampak kerusakan wilayah. Sehingga, diperlukan jalur yang dapat mengintegrasikan penduduk di zona merah agar dapat mengevakuasi diri ke jalur hijau.

Oleh karena itu, Dwikorita meminta seluruh jajaran Kemeterian Sosial dan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat untuk mengantisipasi skenario terburk bencana di daerah itu dengan membangun infrastruktur tahan gempa sebagai jalur evakuasi warga.

Ihwa infrastruktur tahan gempat, Dwikorita mengingatkan agar jangan sampai seperti terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Menurut Dwikorita, infrastruktur evakuasi warga di Palu sebenarnya sudah dipersiapkan sejak 2009-2015 dan semua elemen masyarakat bersiap menghadapi situasi bencana alam, mulai dari Wali kota, Bapeda, Dinas Tata Ruang, pihak sekolah dan pihak-pihak terkait lainnya.

Lantaran tidak kuat menahan guncangan gempa, tambah Dwikorita, sehingga infrastruktur seperti jembatan, roboh. Akibatnya, banyak di antara anak-anak dan dewasa yang telah mempelajari evakuasi diri saat menjadi korban, karena tak tahu harus berbuat apa di kala infrastruktur evakuasi rusak parah.

“Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bu Mensos terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana yang begitu strategis, serta juga perlu mempersiapkan bangunan yang dirancang tahan guncangan gempa hingga magnitudo 8,7,” pungkasnya.

Baca Juga: Akun BMKG Imbau Wilayah Maluku Tengah Waspadai Gempa Susulan dan Tsunami



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x