Kompas TV nasional sosial

Ayahnya Meninggal Akibat Hoaks Covid-19, Helmi: Kita Harus Tabayun dengan Semua Informasi

Kompas.tv - 20 Juli 2021, 22:44 WIB
ayahnya-meninggal-akibat-hoaks-covid-19-helmi-kita-harus-tabayun-dengan-semua-informasi
Ruang isolasi pasien Covid-19 di RSUD Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat. (Sumber: Kompas.id/RONY ARIYANTO NUGROHO )
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Fadhilah

JAKARTA, KOMPAS.TV, - Belum lama ini Helmi kehilangan ayahnya akibat hoaks soal Covid-19 dan vaksin. Hal ini membuat Helmi sadar betapa berbahayanya informasi menyesatkan.

Helmi menceritakan, ayahnya mulai merasakan gejala awal terjangkit Covid-19 pada Selasa (6/7/2021).

Saat itu, ayah Helmi yang tinggal di Tegal, Jawa Tengah, merasakan sakit kepala. Namun, mereka mengira sakit kepala itu hal biasa.

"Kan Papa ada diabetes, jadi kami mengiranya efek dari gulanya lagi tinggi," kata Helmi, Senin (19/7/2021), dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Termakan Hoaks Ambulans Kosong, Warga Rusak Ambulans SAR DIY di Bantul

Namun, ayahnya masih merasakan sakit kepala keesokan harinya. Malah, sakit kepala itu terasa makin parah.

Helmi dan kakaknya mulai curiga. Mereka pun menyarankan sang ayah yang berusia 60 tahun untuk menjalani tes swab PCR Covid-19.

Akan tetapi, ayah Helmi menolak dengan alasan sudah menjalani tes antigen dua hari silam. Hasil tes itu disebutnya non-reaktif.

Untuk menyiasati hal itu, kakak Helmi menghubungi dokter kenalannya untuk meminta rekomendasi obat bagi ayahnya.

Kemudian, kondisi ayah Helmi memburuk sejak Sabtu (10/7/2021). Meski begitu, ayahnya masih menolak ke rumah sakit karena terpengaruh hoaks.

"Kakak sudah bolak-balik ngajak ke rumah sakit, tapi (Papa) takut. Takut 'di-covid-kan', takut 'nanti malah tambah kenapa-kenapa'," tutur Helmi menirukan ucapan ayahnya.

Kakak Helmi pun berinisiatif memanggil dokter ke rumah untuk memeriksa kesehatan ayah mereka.

"Sekalian biar bisa dikasih penjelasan sama dikasih vitamin booster sama diinfus dulu. Karena Papa kan makannya juga tambah susah. Minum obat juga cuma pereda nyerinya aja," ujar Helmi.

Saat menjalani perawatan di rumah, saturasi oksigen atau jumlah oksigen dalam darah ayah Helmi terus menurun sejak Senin (12/7/2021).

Sementara, Helmi dan saudara-saudaranya kesulitan mencari tabung oksigen karena langka. Mereka baru mendapat tabung oksigen 8 liter pada Selasa (13/7/2021) sekitar pukul 20.30 WIB.

Ternyata, oksigen dalam tabung itu sudah habis terpakai sekitar pukul 23.30 WIB atau 3 jam setelahnya.



Sumber : Kompas TV/Kompascom


BERITA LAINNYA



Close Ads x