Kompas TV internasional kompas dunia

Menkes Inggris yang Baru Yakin Bisa Cabut Lockdown pada 19 Juli

Kompas.tv - 29 Juni 2021, 21:17 WIB
menkes-inggris-yang-baru-yakin-bisa-cabut-lockdown-pada-19-juli
Anggota parlemen Inggris Sajid Javid saat meninggalkan kediamannya di London, Inggris pada Senin (28/6/2021) usai ditunjuk menjadi Menteri Kesehattan dan Perawatan Sosial Inggris yang baru, menggantikan Matt Hancock yang mengundurkan diri usai ketahuian berselingkuh pada akhir pekan kemarin. (Sumber: Jonathan Brady/PA via AP)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Fadhilah

LONDON, KOMPAS.TV – Menteri Kesehatan (Menkes) Inggris yang baru, Sajid Javid, pada Senin (28/6/2021) menyatakan yakin bahwa Inggris akan mampu mencabut pembatasan virus corona pada 19 Juli mendatang.

Javid menekankan, percepatan program vaksinasi tengah memutus rantai antara melonjaknya jumlah penularan dengan penyakit parah dan kematian.

Melansir Associated Press, Javid mengatakan bahwa seluruh tokoh yang ditemuinya menyatakan bahwa Inggris tengah “berada di jalur yang tepat” dan bahwa “pembatasan atas kebebasan harus diakhiri”.

Ia mengungkapkan keyakinannya meski ada kekhawatiran meluas tentang lonjakan infeksi ketiga di Inggris yang dipicu oleh menyebarnya varian Delta yang lebih menular. Statistik pemerintah pada Senin menunjukkan adanya lonjakan infeksi signifikan, dengan 22.868 kasus yang terkonfirmasi.

Jumlah ini merupakan jumlah kasus harian tertinggi sejak akhir Januari lalu.

“Tidak ada tanggal yang kami pilih yang memiliki risiko nol Covid. Kami tahu kami tidak bisa begitu saja menghilangkannya, kami harus belajar hidup berdampingan dengan Covid,” ujar Javid.

“Orang-orang dan bisnis butuh kepastian, jadi kami ingin setiap langkah tidak dapat diubah," sambungnya.

Baca Juga: Menteri Kesehatan Inggris Mundur Usai Ketahuan Berselingkuh

Javid ditunjuk menjadi menteri kesehatan Inggris pada Sabtu (26/6/2021), setelah pendahulunya, Matt Hancock, lengser.

Hancock mengundurkan diri lantaran ketahuan berselingkuh dengan seorang kawan lama yang dipekerjakannya sebagai penasehat di Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial.

Hancock dipaksa lengser di tengah desakan bahwa ia telah melanggar pembatasan sosial dengan mencium sang penasehat di kantornya.

Kritik yang beredar menyebut lengsernya Hancock sebagai contoh terbaru kronisme dan kemunafikan di jantung pemerintahan konservatif Perdana Menteri Boris Johnson. Hancock dituding telah beberapa kali tak melaksanakan aturan yang diterapkannya sendiri selama pandemi.

Kendati jumlah pasien dan mereka yang sekarat di rumah sakit terus meningkat selama beberapa pekan terakhir, jumlahnya peningkatannya tak sama dengan lonjakan penularan. Sebagian besar penularan terjadi di kalangan kaum muda.

Pada Senin (28/6/2021), tiga kasus kematian akibat virus dilaporkan terjadi, hingga jumlah total angka kematian menjadi 128.102 jiwa.

Baca Juga: Tanpa Vaksinasi, Warga Asal Inggris yang Bepergian ke Portugal Wajib Jalani Hal Ini

Para ahli virus dan pejabat Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) mendesak pemerintah agar tak mempercepat tanggal pencabutan pembatasan.

Dalihnya, mereka masih butuh waktu untuk memvaksinasi sebanyak mungkin orang di tengah cepatnya penyebaran varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India.  

“Sangat penting kami mencapai tingkat vaksinasi setinggi yang kami bisa sebelum pelonggaran pembatasan diberlakukan, yang tentu tidak akan meredam wabah,” kata Peter Openshaw, profesor pengobatan eksperimental di Imperial College London seperti dikutip dari Sky News.

Percepatan vaksinasi di Inggris telah menuai pujian dari kalangan luas. Hingga Senin (28/6/2021), sekitar dua per tiga populasi Inggris telah menerima setidaknya satu dosis vaksinasi, dan hampir 50 persen telah mendapat vaksinasi lengkap.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x