Kompas TV regional berita daerah

Bentrok di Desa Wadas Purworejo, Balai Besar Sungai Serayu Opak: Ulah Orang Tak Bertanggung Jawab

Kompas.tv - 28 April 2021, 00:00 WIB
bentrok-di-desa-wadas-purworejo-balai-besar-sungai-serayu-opak-ulah-orang-tak-bertanggung-jawab
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) Dwi Purwantoro (tengah) memberikan keterangan terkait pentingnya keberadaan Bendungan Bener Purworejo dalam jumpa pers di kantonya, Selasa (27/4/2021). (Sumber: Dok. BBWSSO)
Penulis : Gading Persada

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) Yogyakarta angkat bicara terkait dengan bentrokan yang terjadi di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah pekan lalu antara pihak keamanan dengan masyarakat setempat.

Pihak balai besar menyatakan aksi kericuhan menolak pengambilan tanah quary untuk pembangunan Bendungan Bener itu terjadi karena ulang orang-orang tak bertanggung jawab.

“Beberapa hari terakhir ini munculnya informasi yang berkembang bahwa masyarakat di sana tidak mendukung bahkan menolak program pembangunan Bendungan Bener dan ini merupakan kabar yang dihembuskan oleh pihak tidak bertanggung jawab dan dilakukan demi kepentingan pribadi,” papar Kepala BBWSSO Dwi Purwantoro dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/4/2021).

Baca Juga: Tolak Tambang di Wadas Purworejo, Kuasa Hukum Warga: Alam Sudah Penuhi Kebutuhan

Menurut Dwi, dasar pembangunan Bendungan Bener pemanfaatannya adalah untuk masyarakat. Manfaatnya antara lain untuk suplai air lahan sawah beririgasi sekitar 13.579 hektar daerah irigasi eksisting dan 1.940 hektare daerah irigasi baru.

“Targetnya, bendungan ini dapat mengairi lahan seluas 1.940 hektare, menyediakan air baku sebesar 1.500 liter per detik, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 6 Mega Watt (MW). Selain itu, bendungan ini juga bertujuan untuk mengurangi banjir, konservasi, dan pariwisata,” ungkapnya.

Dia memastikan pembangunan bendungan semata-mata juga untuk kepentingan rakyat. Dengan tujuan serta dampak positif bagi masyarakat atas bendungan ini terbukti mendapat apresiasi dan dukungan dari warga wilayah Kecamatan Bener.

“Jadi jika akhir-akhir ini muncul adanya warga yang tidak setuju, menolak bahkan kemudian muncul pula aksi-aksi demo disertai tindakan anarkis, merupakan ulah orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan tujuan-tujuan tertentu demi kepentingan pribadi,” tutur dia.

Baca Juga: Polisi Sebut Ada Provokator Tunggangi Bentrokan Terkait Pembangunan Bendungan Bener Purworejo

Dwi menjelaskan, mengingat banyaknya dampak positif atas bendungan tersebut bagi masyarakat, maka wujud persetujuan dan dukungan warga semakin bergairah ketika bendungan ini nantinya selesai akan dikembangkan sebagai destinasi wisata yang pengelolaannya dikembalikan kepada masyarakat setempat, sehingga akan mampu meningkatkan taraf ekonomi bagi warga.

Warga Wadas, Purworejo menolak tambang bagian dari proyek Bendungan Bener, Jumat (23/4/2021). (Sumber: Instagram/wadas_melawan)

“Proses sosialisasi sudah dilaksanakan sejak periode perencanaan desain bendungan, perencanaan pengadaan tanah, penyusunan dokumen AMDAL hingga proses konstruksi dan pembayaran uang ganti rugi. Besaran uang ganti rugi yang signifikan dibanding harga pasar tanah telah disetujui mayoritas warga setempat. Hal ini menjadi fakta nyata bahwa tidak benar adanya kabar jika warga tidak menyetujui atau bahkan menolak pembangunan bendungan ini,” lanjutnya.

Untuk konsep pembangunan Bendungan Bener nantinya di wilayah Desa Wadas dan sekitarnya akan digali material batunya untuk pembangunan bendungan melalui proses pengadaan tanah dahulu. Dan proses penggalian hanya mengambil untuk kebutuhan kurang lebih 8,5 juta m3 dalam 3-4 tahun lalu dilakukan penimbunan kembali.

Baca Juga: Warga Wadas Aksi Damai Tolak Tambang, Aparat Memaksa Masuk hingga Terjadi Bentrok

“Proses penggalian material mengakibatkan habis dan berujung pada kerusakan lingkungan secara permanen tidak benar. Karena pasca penggalian akan dilakukan penimbunan atau reklamasi,” jelas Dwi.

Dilanjutkannya, bahkan usai reklamasi, lokasi tersebut dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sebagai wahana budidaya tanaman atau perkembunan, yang otomatis dapat menunjang sektor wisata dan berdampak pada meningkatnya tarah ekonomi.

“Maka tidak benar bila muncul kabar dampak penggalian atau penambangan masyaraat nantinya akan kehilangan pekerjaan, hasil galian meninggalkan lubang yang akibatnya rusak lingkungan. Wong dalam proses ekplotasi saja kita juga melibatkan masyarakat setempat,” tandas Dwi Purwantoro.

Baca Juga: Jokowi Berharap Bendungan Sindang Heula Bisa Meningkatkan Produktivitas Pertanian



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x