Kompas TV nasional agama

Yenny Wahid: Faktor Terbesar Radikalisme Bukan Persoalan Agama

Kompas.tv - 8 April 2021, 18:24 WIB
yenny-wahid-faktor-terbesar-radikalisme-bukan-persoalan-agama
Yenny Wahid saat menyambangi Kantor Kemenko Polhukam, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (23/1/2020). (Sumber: KOMPAS.com/Deti Mega Purnamasari)
Penulis : Hasya Nindita | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Gerakan radikalisme yang semakin menguat di masyarakat menimbulkan banyak kekhawatiran baik dari masyarakat dan juga elemen-elemen lain. 

Saat ditemui seusai peluncuran buku "Duta antara Dua Kutub" di Senayan, Kamis (8/4/2021), Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation, mengatakan isu radikalisme merupakan masalah global sehingga butuh kerja sama antar negara untuk terus membangun narasi tentang toleransi, menjunjung perdamaian, dan mendukung kebhinekaan.

Menurut Yenny, faktor terbesar radikalisme bukan pada persoalan ajaran agama. Faktor terbesar yang mendorong radikalisme ialah perasaan gelisah, cemas, marah, frustasi, dan rasa ketidakadilan dalam diri yang mendorong seseorang untuk meluruskan atau membenarkannya.

"Ketika bertemu dengan orang-orang yang melakukan doktrinasi atas nama agama, ini masuk seolah-olah menawarkan jawaban atas kegelisahan. Merasa seolah-olah bisa menjadi penting dan mendapatkan peran sebagai pahlawan dengan dasar agama," kata Yenny. 

Baca Juga: Buka Munas Alim Ulama dan Mukernas PKB, Jokowi Tegaskan Terorisme Ancam Kerukunan Berbangsa

Selain doktrin agama, isu politik disebut Yenny juga dapat memicu radikalisme, terutama isu politik yang berdasarkan teori konspirasi.

"Jadi ini bukan persoalan agama, tetapi, persoalan kegelisahan, rasa tidak percaya diri, persoalan kecemasan, ketakutan yang kemudian dieksploitasi oleh kelompok radikal," kata Yenny.

"Salah satu yang menjadi PR kita sekarang ialah teroris milenial, termasuk di dalamnya perempuan. Karena anak-anak milenial ini rentan merasa gelisah, cemas, dan ada tekanan dari teman sebayanya untuk merasa dianggap dan berarti. Kemudian dikasih muatan agama supaya menjadi eksis, tapi eksisnya keliru," papar Yenny.

Di sini, peran orang tua, institusi pendidikan, pemuka agama, dan seluruh masyarakat sangat penting untuk menumbuhkan resiliensi anak-anak muda agar bisa lebih kuat dan tidak tertarik dengan narasi seperti itu.

"Tidak bisa hanya kasih masalah ini ke polisi, kita harus menggunakan pendekatan kemanusiaan," tutup Yenny. 

Baca Juga: TNI Polri Kukar Razia Terorisme Dan Radikalisme

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x