Kompas TV video cerita indonesia

Mengenang Sapardi Djoko Damono: Sastrawan dengan Kesederhanaan yang Abadi

Kompas.tv - 18 Maret 2021, 20:10 WIB
Penulis : Gempita Surya

SOLO, KOMPAS.TV – Sapardi Djoko Damono atau dikenal dengan singkatan SDD, merupakan salah seorang sosok sastrawan yang dikagumi.

Sapardi dikenal melalui berbagai puisi mengenai hal-hal sederhana tapi penuh dengan makna kehidupan. Puisi-puisinya seperti “Aku Ingin”, “Hujan Bulan Juni” dan “Pada Suatu Hari Nanti” begitu popular di Indonesia, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Kecintaannya terhadap sastra makin berkembang saat kuliah di jurusan Sastra Inggris di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Tahun 1989, Sapardi memperoleh gelar doktor ilmu sastra dari Universitas Indonesia dengan disertasi mengenai novel-novel Jawa tahun 1950-an.

Perjalanannya dalam memperdalam ilmu dijadikan bekal untuk berbagi pengetahuan dengan masyarakat luas. Sapardi mengabdikan dirinya pada dunia sastra dengan menjadi guru besar, dosen, serta mentor bagi siapapun yang mau belajar untuk menghasilkan karya.

Selain itu, SDD juga aktif dalam menulis esai, kritik sastra, artikel, dan menerjemahkan beragam karya sastra asing.

Karya-karya Sapardi banyak menerima penghargaan, baik dari dalam negeri hingga penghargaan mancanegara. Salah satunya, penghargaan Anugerah Buku ASEAN (ASEAN Book Award) pada 2018 lalu, untuk bukunya yang berjudul “Hujan Bulan Juni” dan “Yang Fana Adalah Waktu”.

Ia terus berkarya meski usianya tak lagi muda. Di ulang tahunnya yang ke-80, Sapardi merayakannya dengan meluncurkan buku yang berisi 80 sajak. Buku ini diberi nama “mBoel”, sebutan sayang bagi sang istri yang telah puluhan tahun menemani.

Sapardi Djoko Damono berpulang pada 19 Juli 2020. Meski kini Sapardi telah tiada, karya-karyanya akan terus hidup sebagai teman yang ia tinggalkan, bagi siapa saja yang mengenangnya.(*)

Motion Grafis: Agus Eko



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x