Kompas TV internasional kompas dunia

Museum Nasional Belanda Tahun Depan Gelar Pameran Tentang Perbudakan

Kompas.tv - 11 Desember 2020, 00:20 WIB
museum-nasional-belanda-tahun-depan-gelar-pameran-tentang-perbudakan
Monumen Nasional tentang Masa Lalu Perbudakan karya Erwin de Vries di Amsterdam, Belanda, Kamis 10 Desember 2020. (Sumber: AP Photo/Peter Dejong)
Penulis : Edwin Shri Bimo

AMSTERDAM, KOMPAS TV – Untuk mengisahkan sejarah yang mengganggu dari kaitan yang sangat dalam Belanda atas perdagangan manusia dan perbudakan, museum nasional negara itu, The Rijksmuseum, akan menggelar pameran besar.

Associated Press melaporkan, The Rijksmuseum akan menggelar pameran besar pada Februari 2021, menampilkan perbudakan yang secara khusus diantaranya akan menampilkan seorang laki-laki dari Ghana yang menjadi budak dan dikirim untuk bekerja di Brazil kepada seorang sosialita kaya yang potretnya dilukis oleh pelukis terkenal Rembrandt van Rijn.

Kerja mempersiapkan eksibisi ini dimulai tahun 2017, jauh sebelum gerakan Black Lives Matter menyapu dunia dan menjadi katalis bagi perdebatan tentang kesetaraan rasial, menyusul pembunuhan atas warga AS bernama George Floyd oleh sekelompok polisi Minneapolis, 25 Mei lalu.

Baca Juga: Selain Keris Pangeran Diponegoro, Sultan Yogya Minta Belanda Kembalikan Naskah Kuno

Black Lives Matters menunjukkan pentingnya hal ini diangkat,” tutur Direktur Museum Taco Dibbits pada hari Kamis (10/12/2020) dalam sebuah presentasi online yang memaparkan detail dari pameran tersebut.

“Perbudakan adalah komponen penting dalam periode penjajahan di Belanda, dan banyak generasi yang menderita ketidakadilan luar biasa sebagai hasilnya,” tutur Dibbits. “Masa lalu sudah terlalu lama tidak mendapat ‘pemeriksaan’ yang memadai dalam sejarah nasional Belanda, termasuk di Rijksmuseum,” tambahnya.

Kisah 10 nyawa yang tersebar di 10 ruangan museum itu membentang selama 250 tahun sejarah penjajahan Belanda di empat benua – Eropa, Asia, Amerika Selatan, dan Afrika.

Pameran akan menampilkan rangkaian benda yang sangat suram: satu set belenggu besi dan bingkai kayu tebal yang dulu membelenggu kaki budak, hingga hal yang mencolok mata: potret pedagang Dutch East India Company VOC, keluarganya, dan dibelakang mereka: dua orang budak.

Baca Juga: Saat Raja Belanda Minta Maaf ke Indonesia Atas Kekerasan Setelah Proklamasi

Pameran dijadwalkan untuk dibuka 12 Februari pada tahun dimana pemerintah Kota Amsterdam akan mempertimbangkan untuk meminta maaf secara resmi atas peran kota mereka dalam perdagangan manusia dan perbudakan.

Banyak rumah-rumah besar nan indah di sepanjang kanal bersejarah ibukota Belanda dari laba yang didapat atas perbudakan di Brazil hingga Hindia Belanda yang sekarang adalah Indonesia.

Pemerintah kota itu sebelumnya sudah menggelar pameran yang fokus pada hubungan kota itu dengan perdagangan manusia dan perbudakan.

Dengan kecenderungan bahwa jumlah pengunjung masih akan dibatasi pada awal tahun depan, Rijkmuseum juga akan membuat pameran itu tersedia secara online agar dapat mencapai sebanyak mungkin peminat.

Di museum itu sendiri, sekitar 70 benda yang tidak terkait pameran akan diberi label yang menyoroti hubungan benda tersebut dengan perbudakan.

“Kami harap melalui kisah individual (dalam pameran ini), anda dapat melihat relevansi universal dari sejarah ini, karena ini adalah sejarah yang bahkan hingga saat ini kita belum tinggalkan di belakang,” tutur Valika Smeulders, Kepala Urusan Sejarah Rijksmuseum.

“Diskusi yang akan muncul dari sejarah ini masih relevan hingga hari ini,” tambahnya



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x