> >

Menkes: Prediksi Puncak Omicron Akhir Februari 2022, Bisa 6 Kali Lipat dari Delta

Vod | 1 Februari 2022, 10:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, puncak gelombang Covid-19 varian Omicron diprediksi terjadi pada akhir Februari 2022.

Budi mengatakan, melihat gelombang Covid-19 varian Omicron di negara-negara lain, jumlahnya bisa tiga hingga enam kali lebih tinggi dibandingkan Delta.

Ia pun mencontohkan perbandingan beberapa negara antara Delta dan Omicron.

Budi mencontohkan, misalnya puncak gelombang kasus Covid-19 varian Omicron di Amerika Serikat sempat mencapai 800.000 per hari, lebih tinggi dibandingkan periode Delta yang mencatatkan 250.000 kasus dalam sehari.

Baca Juga: Kemenkes Ungkap Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 Sepekan Terakhir

"Negara yang mirip dengan kita, Brasil, sekarang juga masih naik di kisaran 190.000 per hari dibandingkan dengan puncaknya Delta 80.000 per hari," ujar Menkes Budi dalam keterangan pers, Senin (31/1/2022).

Maka darinya, menurut Budi, penularan Omicron di negara-negara tersebut sangat tinggi sekali, apalagi puncak Delta di Indonesia pernah mencapai 57 ribu kasus.

"Penularannya ini tinggi sekali dan Indonesia pasti akan mengalami ini. Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57 ribu kasus per hari kita mesti siap-siap dan hati-hati dan waspada, tidak perlu kaget kalau melihat di negara-negara lain itu bisa dua kali sampai tiga kali di atas puncak Delta,” katanya 

 

Meski demikian, Menkes tidak dapat memprediksikan secara pasti jumlah kasus tersebut. Namun, ia mengatakan bahwa jumlahnya dapat tiga hingga enam kali lipat.

"Kita belum tahu berapa (jumlah kasus) di puncaknya yang akan terjadi di Indonesia, yang perkiraan kami akan terjadi di akhir Februari, tapi tadi kami sudah sampaikan bahwa di negara-negara lain bisa 3 kali sampai 6 kali dibandingkan puncaknya Delta, di mana puncaknya Delta di Indonesia 57.000 kasus per hari," kata Budi

Melihat kondisi tersebut, Budi meminta masyarakat untuk tetap waspada dengan lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan dan tidak melakukan kegiatan yang menimbulkan kerumunan.

"Mobilitas kita kurangi karena nanti dampaknya akan mudah tertular dan menularkan ke orang lain," ucap dia.

Editor: Faqih Fisabilillah

Penulis : Desy-Hartini

Sumber : Kompas TV


TERBARU