> >

Dokter Stovia Lawan Wabah - SINGKAP

Singkap | 7 Juni 2020, 21:01 WIB

Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, menjadi rumah sakit rujukan utama pasien Covid-19 di Indonesia. Di balik bangunan RSPI terdapat sosok dokter perempuan yang namanya diabadikan di rumah sakit tersebut. Siapakah sosok Sulianti Saroso?

Sebelum adanya pandemi covid -19, Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda juga sempat dilanda berbagai penyakit mulai dari malaria, kolera, cacar hingga pes. Wabah cacar melanda Hindia Belanda pada pertengahan abad 19 yang menyerang mayoritas buruh perkebunan Belanda di Banyumas, Jawa Tengah. Saat itu, jumlah dokter eropa sangat terbatas, hal inilah mendorong pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah untuk mendidik masyarakat bumiputra menjadi seorang dokter. Pada Januari 1851 berdirilah Sekolah Dokter Sjawa, di Weltervreden yang kala itu baru meluluskan 11 siswa bumiputra. Meski bergelar sebagai dokter djawa, namun sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai asisten dokter Eropa dan mantri cacar.

Seiring perkembangan jaman, Sekolah Dokter Djawa berubah nama menjadi Stovia atau School Tot Opleiding Van Indische Artsen. Yang banyak lulusannya merupakan cikal bakal dan tokoh perjuangan indonesia.

Selain wabah cacar, tahun 1911, pes melanda kota Malang, Jawa Timur. Pada masa itu, penyebaran wabah pes semakin meluas, namun dokter Eropa berlaku tidak adil terhadap pasien bumiputra. Melihat kondisi diskrimatif tersebut, para dokter bumiputra lulusan Stovia, mengajukan diri untuk memberantas wabah pes yang semakin merebak. Salah satu dokter yang berperan penting dalam mengatasi pes di Malang ialah Tjipto Mangoenkoesoemo. Lantas, bagaimana perjuangan dr Tjipto dan dokter bumiputra melawan wabah yang melanda Indonesia kala itu?

Penulis : Yudho-Priambodo

Sumber : Kompas TV


TERBARU