> >

Selamatkan Daya Beli Masyarakat di Tengah Pandemi, Bansos dan BST Masih Jadi Andalan Pemerintah

Sapa indonesia | 14 Agustus 2021, 21:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pandemi covid-19 membuat daya beli masyarakat ikut berubah.

Di tengah pembatasan kegiatan di berbagai wilayah, daya beli masyarakat, menghadapi ancaman penurunan.

Faktor penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi nasional ini dikhawatirkan, menyusul anjloknya indeks keyakinan konsumen atau IKK di bulan Juli lalu.

Sesuai rilis Bank Indonesia, indeks keyakinan konsumen pada bulan Mei 2021, tercatat sebesar 104,4 persen dan meningkat hingga 107,4 persen di bulan Juni.

Namun penurunan sangat tajam hingga 80,2 persen kembali terjadi pada bulan Juli.

Pengamat ekonomi dari Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menyebut penurunan indeks keyakinan konsumen di tengah PPKM paling dirasakan kelompok masyarakat berpenghasilan 2 juta rupiah dan akan berdampak pada daya beli.

Bantuan sosial sembako dan uang tunai masih menjadi andalan pemerintah untuk menopang daya beli masyarakat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, selain bantuan sosial tunai, dan bantuan kartu sembako, pemerintah menambah jumlah penerima bantuan yang terdampak PPKM sesuai usulan pemerintah daerah.

Berbagai program perlindungan sosial pemerintah, telah menahan laju pertambahan kemiskinan.

Dari data BPS, pada Maret 2021, persentase penduduk miskin sebesar 10,14 persen.

Jumlah ini meningkat 1,12 juta orang terhadap Maret 2020.

Bank dunia memprediksi, tanpa perlindungan sosial, persentase kemiskinan bisa menjadi  11,8 persen.

Daya beli masyarakat tetap harus terjaga dan ditopang secara berkelanjutan.

Terlebih saat ini, Indonesia tengah menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh kencang di kuartal kedua tercatat sebesar 7,07 persen. 

Penulis : Dea-Davina

Sumber : Kompas TV


TERBARU