> >

Kanselir Jerman Olaf Scholz Tegaskan, Barat Tidak akan Mau Rusia Mendikte Perdamaian ke Ukraina

Krisis rusia ukraina | 17 Mei 2022, 08:49 WIB
Rusia tidak akan lolos bila mencoba menggambar ulang perbatasan Ukraina dengan menciptakan fakta di lapangan dan mendikte perdamaian bagi Ukraina, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz hari Senin, (16/5/2022), seraya bersikeras Barat tidak akan mendukung perdamaian yang didikte, kepada sebuah negara (Sumber: Straits Times)

BERLIN, KOMPAS.TV - Rusia tidak akan lolos bila mencoba menggambar ulang perbatasan Ukraina dengan menciptakan fakta di lapangan dan mendikte perdamaian bagi Ukraina, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz hari Senin, (16/5/2022).

Dia juga menyatakan sikap Barat tidak akan mendukung "perdamaian yang didikte" kepada sebuah negara, seperti dilaporkan Straits Times, Selasa, (17/5/2022).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pekan lalu saat diwawancara TV Italia RAI mengatakan Kyiv tidak akan mengorbankan wilayah untuk perdamaian dengan Rusia, seraya mengatakan dia diminta Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mempertimbangkan hal tersebut, (mengorbankan wilayah untuk perdamaian).

Pemerintah Prancis membantah saran semacam itu pernah diberikan kepada Zelenskyy. Hari Senin, Scholz mengatakan perubahan perbatasan seperti itu tidak akan diterima oleh Barat jika Ukraina menolaknya.

"Hanya ada satu jalan keluar untuk Rusia dan itu adalah mencapai kesepakatan dengan Ukraina," katanya kepada televisi RTL. "Dan itu tidak berarti perdamaian yang didikte, yaitu mengambil sedikit wilayah dan kemudian mengatakan 'tanda tangani di sini'.

Baca Juga: Walaupun Terus Berekspansi, Menlu Jerman Tegaskan NATO Tetap Anut Prinsip Defensif

Rusia tidak akan lolos bila mencoba menggambar ulang perbatasan Ukraina dengan menciptakan fakta di lapangan dan mendikte perdamaian bagi Ukraina, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz hari Senin, (16/5/2022), seraya bersikeras Barat tidak akan mendukung "perdamaian yang didikte", kepada sebuah negara. (Sumber: Associated Press)

"Dan itu juga tidak akan berhasil seperti dalam kasus Krimea, di mana perang berakhir dalam arti tidak ada lagi tembak menembak, tetapi perbatasan baru telah ditarik, dan kemudian mereka menunggu sampai semuanya kembali normal," dia menambahkan.

Rusia mencaplok Krimea pada tahun 2014 dan sejak itu mengklaim kedaulatan atas semenanjung Laut Hitam. Klaim Rusia ditolak oleh Kyiv dan semua kecuali segelintir negara lain.

Pengiriman senjata untuk membantu Ukraina mempertahankan diri dari serangan Rusia dan sanksi terhadap Moskow dirancang untuk memperjelas bahwa "perjanjian dengan Ukraina tidak dapat dihindari, dan tidak ada jalan lain bagi Presiden (Putin)".

Moskow menyebut invasinya ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk menyingkirkan negara fasis, sebuah pernyataan yang dikatakan Kyiv dan sekutu Baratnya adalah dalih tak berdasar untuk perang yang tidak beralasan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU