JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemikir Kebhinekaan, Sukidi membagikan pikirannya melalui tulisan di harian Kompas pekan lalu. Sukidi menyebut agar kita perlu melakukan antisipasi kemungkinan, termasuk yang terburuk krisis ekonomi.
Sukidi mengajak kepada seluruh pemimpin untuk menyadari kemungkinan terburuk bangsa Indonesia. Kemungkinan terburuk itu, bukan datang dari antek asing tapi justru dari musuh di dalam diri bangsa.
Menurutnya, kita menyadari betapa sulitnya melawan perilaku pemimpin yang korup. Korupsi ini bagi Sukidi adalah pembunuh utama ekonomi bangsa. Korupsi tercermin pada dua aspek, salah satunya tata kelola pemerintahan yang buruk.
Tata kelola pemerintahan yang buruk itu tercermin pada normalisasi konflik kepentingan antara kekuasaan dan bisnis, di mana penguasa bertindak sebagai regulator sekaligus sebagai pemain bisnis itu sendiri. Jadi ada conflict of interest.
Kedua, konflik kepentingan antara negara dan partai, dan yang paling memprihatinkan akhir-akhir ini adalah konflik kepentingan antara bangsa dan ormas keagamaan.
Diketahui, sejak 2 April 2025 Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi telah mengenakan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32 persen ditambah basis tarif 10 persen untuk melakukan ekspor ke Amerika Serikat.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza mengatakan dalam beberapa hal, Indonesia masih sangat terbuka untuk melakukan negosiasi.
“Kalau kita bisa menurunkan juga tarif itu, maka ada kemungkinan relokasi pabrik atau perusahaan dari China atau negara sekitar kita ke Indonesia, karena pertimbangan tarif,” katanya.
Satu Meja the Forum eps. Kebijakan Tarif Amerika, Badai Ekonomi di Depan Mata? menghadirkan:
Sukidi - Pemikir Kebhinekaan
Prof. Telisa Aulia Falianty - Guru Besar Fak. Ekonomi Bisnis UI
Benny Soetrisno - Wakil Ketua Umum KADIN
M. Misbakhun - Ketua Komisi XI DPR RI
Faisol Riza - Wakil Menteri Perindustrian
Saksikan selengkapnya di kanal youtube KompasTV.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.