JAKARTA, KOMPAS.TV - Musim kemarau 2025 diprediksi datang lebih lambat di berbagai wilayah Indonesia.
Berdasarkan hasil pemutakhiran terbaru BMKG, sebagian besar daerah, terutama di Jawa serta Bali-Nusa Tenggara, mengalami pergeseran awal musim kemarau dibandingkan dengan prediksi sebelumnya.
"Hasil pemutakhiran awal musim kemarau 2025 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah yang mengalami perubahan mengalami pergeseran ke waktu awal musim yang datang lebih lambat dibandingkan prediksi Februari, terutama di Jawa dan Bali-Nusa Tenggara," demikian keterangan BMKG, 2 Juni 2025.
Baca Juga: BMKG Prediksi Wilayah-Wilayah Ini Akan Alami Hujan Lebat dan Angin Kencang 10-16 Juni 2025
Lalu, kapan sebenarnya puncak musim kemarau 2025 akan terjadi?
Meski awal musim kemarau mengalami keterlambatan, BMKG menyebut puncaknya secara umum masih diprediksi berlangsung pada Juli hingga Agustus 2025.
Namun, ada beberapa perbedaan pola di berbagai wilayah. Di Jawa dan Papua, puncak kemarau justru diperkirakan terjadi lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Sebaliknya, di Sulawesi dan Sumatera, puncak musim kemarau bergeser menjadi lebih lambat.
Secara keseluruhan, sebagian besar wilayah diperkirakan akan mengalami puncak musim kemarau sesuai dengan pola normal. Hanya Jawa dan Papua yang diprediksi mencatat puncak lebih awal.
Baca Juga: Peringatan Dini BMKG Besok 11-12 Mei 2025, Ini Wilayah Berstatus Waspada Hujan Lebat
BMKG mencatat, di wilayah Jawa, banyak Zona Musim (ZOM) yang semula diperkirakan akan memasuki musim kemarau pada rentang April dasarian III hingga Mei dasarian I, kini bergeser menjadi Mei dasarian III hingga Juni dasarian I.
Pergeseran ini bahkan mencapai 3–5 dasarian, terutama di kawasan Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Sementara wilayah Bali dan Nusa Tenggara turut mengalami pergeseran rata-rata 2–4 dasarian, dari prediksi sebelumnya di April dasarian II–Mei dasarian I menjadi Mei dasarian III–Juni dasarian I.
Kondisi ini menyebabkan musim kemarau 2025 hadir lebih lambat dari kondisi normal di sebagian besar wilayah yang telah diperbarui.
Selain itu, durasi musim kemarau tahun ini diperkirakan menjadi lebih pendek di sejumlah wilayah, khususnya di Jawa, Sulawesi, serta Bali dan Nusa Tenggara.
Sedangkan sebagian kecil wilayah di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua justru menunjukkan potensi durasi musim kemarau yang lebih panjang, melebihi 24 dasarian.
Dengan kondisi seperti ini, masyarakat di berbagai daerah diimbau untuk memperhatikan perkembangan cuaca terbaru, mengingat perubahan pola musim dapat memengaruhi sektor pertanian, ketersediaan air, dan aktivitas harian lainnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.