JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono memastikan tidak ada seleksi akademik bagi calon peserta didik Sekolah Rakyat yang akan mulai beroperasi pada tahun ajaran baru Juli mendatang.
Demikian Agus Jabo Priyono merespons perihal Sekolah Rakyat yang akan beroperasi di 100 titik pada Juli mendatang, Sabtu (24/5/2025).
“Pendaftarannya ini (Sekolah Rakyat) banyak, kuotanya sedikit, tapi yang ingin masuk sekolah banyak gitu loh, ini yang kemudian kita harus seleksi lagi ya. Dalam arti indikatornya tetap kemiskinan, tidak ada seleksi akademik, tidak ada ya, ini semua hanya cek administrasi,” ujarnya.
Agus mengatakan, pendaftaran siswa Sekolah Rakyat akan melibatkan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang memiliki data keluarga miskin dan miskin ekstrem selaku penerima manfaat.
Baca Juga: Mensesneg soal Ratusan Guru Besar FKUI Minta Menkes Budi Dicopot: Itu Bagian dari Evaluasi Kita
“Persoalan siapa calon siswanya, Kemensos sudah punya data di tiap daerah, di Jakarta, di Bogor, di mana gitu loh dan Kemensos punya pendamping namanya pendamping PKH itu sekitar 34 ribu ya,” ucap Jabo.
“Jadi kita sudah tahu siapa yang orang-orang miskin atau keluarga miskin yang anaknya akan menjadi calon siswa. Nah biasanya mereka mendaftar dan memang perintahnya begitu, itu lewat pendamping pendamping PKH ini, gitulah,” ujar Jabo.
Nantinya, sambung Jabo, setelah ada pendaftaran PKH selanjutnya petugas dari Kemensos datang ke rumah untuk melakukan projecting sekaligus meminta persetujuan dari orang tua calon murid Sekolah Rakyat.
“Karena ini boarding akan pisah dengan keluarganya gitu loh, jadi alurnya satu data, yang kedua rata-rata keluarga calon siswa ini mendaftarkan ke pendamping PKH ya kan, kemudian kita melakukan projecting sekaligus meminta data-data administrasi termasuk data orang tua,” kata Jabo.
Baca Juga: Pesan Istana untuk Kejaksaan di Kasus Sritex: Kalau Bukti Kuat, Tindak!
Menurut Jabo, untuk mengikuti Sekolah Rakyat yang dibutuhkan hanya tes kesehatan karena sekolah yang diikuti bersifat boarding.
“Misalkan ada anak yang sakit dan punya potensi untuk menular, itu kita sembuhkan dulu, baru nanti setelah sembuh kita sekolahkan gitu loh,” kata Jabo.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.