Kompas TV nasional peristiwa

TNI Sebut Masyarakat Papua Sudah Muak dengan OPM, Kerap Bocorkan Informasi ke Aparat

Kompas.tv - 20 Mei 2025, 20:21 WIB
tni-sebut-masyarakat-papua-sudah-muak-dengan-opm-kerap-bocorkan-informasi-ke-aparat
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya sedang menunjukan senjata api dan amunisi yang mereka klaim merupakan hasil rampasan dari prajurit TNI yang ada di Distrik Mugi, Nduga Papua Pegunungan pada Sabtu (15/4/2023). (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Tito Dirhantoro | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masyarakat Papua disebut sudah muak dengan keberadaan Organisasi Papua Merdeka atau OPM karena tindakan kekerasan yang kerap dilakukannya.

Demikian hal tersebut dikatakan oleh Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi.

Menurut Kristomei, hal itulah yang kemudian membuat masyarakat terdorong untuk melaporkan keberadaan OPM kepada aparat TNI.

Menurut Kristomei, pihak TNI mengetahui keberadaan OPM di kampung-kampung tidak lain karena mendapat informasi dari masyarakat.

“Informasi keberadaan dan kedatangan OPM ke kampung itu pun berdasarkan informasi yang didapat dan dibantu oleh masyarakat," kata Kristomei dikutip dari Kompas.com, Selasa (20/5/2025).

"Yang sudah muak dengan kelakuan OPM yang selalu mengintimidasi, mengancam, memperkosa, bahkan membunuh masyarakat secara kejam," imbuhnya.

Kristomei mencontohkan peristiwa baku tembak pada 14 Mei 2025 di Kabupaten Puncak misalnya.

Hal itu terjadi setelah prajurit TNI memperoleh informasi keberadaan OPM dari masyarakat.

Pada peristiwa baku tembak itu Kristomei menyebut terdapat 18 orang tewas. Ia memastikan seluruh korban tewas dalam baku tembak itu adalah anggota OPM.

Meskipun hal tersebut dibantah oleh pihak OPM, kata Kristomei, namun masyarakat telah mengonfirmasi seluruh korban ada anggota OPM.

“18 korban kontak tembak yang terjadi pada tanggal 14 Mei 2025 seluruhnya anggota OPM. Hal itu sudah dikonfirmasikan kepada masyarakat setempat," ujarnya.

Lebih lanjut, Kristomei menuturkan, OPM kerap melakukan propaganda, yakni dengan menyebut korban tewas dalam baku tembak itu adalah warga sipil. Menurutnya, hal itu merupakan strategi OPM.

Srategi tersebut pernah dilakukan mereka ketika membunuh tenaga pengajar dan kesehatan. Pada saat itu, mereka menyebutkan korban adalah anggota TNI.

“Propaganda bahwa yang ditembak adalah masyarakat sipil seperti itu selalu dilakukan oleh gerombolan OPM," ujar Kristomei.

"Sama halnya ketika OPM membunuh guru dan tenaga kesehatan yang memang masyarakat sipil biasa, namun dituduh sebagai anggota TNI," katanya.

Meskipun demikian, TNI menyatakan tetap membuka ruang bagi anggota OPM yang ingin kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“TNI dengan tangan terbuka apabila ada anggota OPM yang menyadari kekeliruannya dan ingin kembali jadi warga negara yang baik dan sama-sama membangun Papua, seperti dilakukan beberapa anggota OPM lainnya beberapa hari yang lalu," kata Kristomei.

Adapun OPM melalui juru bicaranya, Sebby Sambom, sebelumnya membenarkan ada anggotanya yang tewas dalam baku tembak dengan Satgas Habema.

Namun, korban tewas hanya tiga orang. Sebby mengungkapkan, tiga anggota OPM yang tewas adalah Gus Kogoya, Notopinus Lawiya, dan Kanis Kogoya.

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas.com




KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x