Kompas TV nasional peristiwa

Cuaca Tak Menentu di Awal Kemarau, BMKG Sebut Dampak MJO dan Gelombang Kelvin Masih Aktif

Kompas.tv - 20 Mei 2025, 09:30 WIB
cuaca-tak-menentu-di-awal-kemarau-bmkg-sebut-dampak-mjo-dan-gelombang-kelvin-masih-aktif
Sejumlah kendaraan menembus hujan lebat. (Sumber: ANTARA FOTO/JESSICA HELENA WUYSANG)
Penulis : Danang Suryo | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah wilayah di Indonesia masih dibayangi cuaca ekstrem akibat pengaruh aktifnya fenomena atmosfer global, terutama Madden-Julian Oscillation (MJO) yang kini terpantau berada di fase 5 (Benua Maritim).

Bersamaan dengan itu, gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial juga terdeteksi aktif dan bergerak melintasi wilayah Indonesia, memicu pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan lebat.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kombinasi ketiga fenomena atmosfer tersebut berperan besar dalam meningkatkan potensi pembentukan awan hujan secara luas, khususnya di bagian barat dan tengah Indonesia.

Hasilnya, banyak wilayah masih mengalami curah hujan di atas normal meski secara klimatologis telah memasuki awal musim kemarau.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG Besok 20-21 Mei 2025, Jawa Timur Waspada Hujan Sangat Lebat hingga Ekstrem

"Hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih berpotensi terjadi akibat aktivitas MJO dan gelombang atmosfer tersebut," demikian penjelasan BMKG dalam prospek cuaca periode 20-22 Mei 2025 dilansir dari rilis di media sosial, Senin (19/5).

Wilayah Berstatus Siaga dan Awas

BMKG menetapkan status siaga (hujan lebat-sangat lebat) di sejumlah wilayah pada Selasa (20/5), yaitu:

  • Banten
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Kalimantan Timur
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Maluku
  • Papua Selatan

Sementara itu, Jawa Timur dikategorikan status awas karena berisiko mengalami hujan ekstrem yang dapat berdampak signifikan terhadap keselamatan dan aktivitas masyarakat.

BMKG juga mencatat potensi angin kencang di wilayah Maluku dan Nusa Tenggara Timur, yang turut diperkuat oleh pergerakan massa udara kering dari Australia.

Baca Juga: BMKG Juanda Masih Imbau Warga Jawa Timur Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Timbulkan Bencana

Sirkulasi Siklonik dan Konvergensi Angin

Selain fenomena global, dinamika cuaca ekstrem juga dipengaruhi oleh sirkulasi siklonik yang terbentuk di Laut Cina Selatan, Laut Maluku, dan perairan utara Maluku Utara.

Sistem ini membentuk zona perlambatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin (konfluensi) yang memicu pembentukan awan hujan secara lokal di wilayah:

  • Laut Banda
  • Laut Seram
  • Laut Sulawesi
  • Laut Halmahera
  • Samudra Pasifik utara Papua Barat

Kondisi ini memperbesar peluang hujan lebat, petir, dan angin kencang, meski cakupan wilayahnya lebih sempit dibanding saat puncak musim hujan.

Meski beberapa wilayah mulai menunjukkan tanda-tanda masuk musim kemarau akibat pengaruh massa udara kering dari Australia, fenomena atmosfer berskala luas seperti MJO dan gelombang Kelvin tetap menjadi faktor utama penyebab cuaca tidak menentu di pekan ini.


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : BMKG




KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x