JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan Prediksi Musim Kemarau Tahun 2025 di Indonesia Pemutakhiran Mei 2025.
Menurut prediksi tersebut, El Niño-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan bahwa La Niña sedang bertransisi menuju fase Netral pada Maret 2025.
Musim kemarau di Indonesia diprediksi berlangsung secara bertahap, dimulai dari bagian tenggara (sebagian Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT) pada Maret 2025 dan bergerak ke barat (Jawa bagian tengah dan barat, serta Sumatera), utara (Kalimantan dan sebagian Sulawesi), serta berakhir di timur (Maluku dan Papua) pada Agustus 2025.
Sebanyak 402 ZOM (57,5 persen wilayah Indonesia) diprediksi akan memasuki musim kemarau pada periode April hingga Juni 2025.
Baca Juga: Peringatan Dini BMKG Besok 7-8 Mei 2025, Wilayah Ini Diimbau Waspada Hujan Sangat Lebat
"Dibandingkan dengan normalnya, musim kemarau di Indonesia bagian barat dan utara diprediksi akan dimulai pada periode waktu yang sama dengan biasanya, sementara bagian tengah hingga selatan Indonesia, awal musim kemarau akan datang lebih lambat dari biasanya," demikian keterangan BMKG, dikutip dari laman bmkg.go.id, Selasa (6/5/2025).
Musim Kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan bersifat Normal. Puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan terjadi pada bulan Juni hingga Agustus 2025.
BMKG juga mengatakan, musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan terjadi dengan durasi yang lebih pendek daripada biasanya.
Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan sejumlah rekomendasi penting bagi sejumlah sektor vital.
Di sektor pertanian, disarankan untuk melakukan penyesuaian jadwal tanam sesuai prediksi awal musim kemarau di tiap wilayah, pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan, serta optimalisasi pengelolaan air untuk mendukung produktivitas pertanian di tengah keterbatasan curah hujan.
Baca Juga: Musim Pancaroba, BMKG Imbau Wilayah Ini Waspada Hujan Lebat yang Dapat Disertai Petir 6-12 Mei 2025
“Untuk wilayah yang mengalami musim kemarau lebih basah, ini bisa menjadi peluang untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan produksi, dengan disertai pengendalian potensi hama,” ujarnya.
Untuk sektor kebencanaan, peningkatan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi hal yang sangat krusial, terutama di wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat normal hingga lebih kering dari biasanya.
Pada periode saat ini dimana masih ada hujan, perlu ditingkatkan upaya pembasahan lahan-lahan gambut untuk menaikkan tinggi muka air dan pengisian embung-embung penampungan air di area yang rentan terbakar.
Sementara itu, di sektor lingkungan dan kesehatan, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi penurunan kualitas udara di wilayah perkotaan dan daerah rawan karhutla, serta dampak suhu panas dan kelembapan tinggi yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.
Adapun sektor energi dan sumber daya air, tambah dia, diimbau untuk mengelola pasokan air secara bijak dan efisien demi menjamin keberlanjutan operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA), sistem irigasi, dan pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat selama periode musim kemarau berlangsung.
Di akhir pernyataannya, Dwikorita berharap informasi ini dapat digunakan oleh kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan seluruh pihak terkait dalam menyusun langkah-langkah antisipatif dan adaptif menghadapi musim kemarau 2025.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.